JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menilai Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) tak perlu khawatir jika disebut berpolitik. Hal ini disampaikannya untuk menanggapi polemik terkait KAMI yang belakangan dituding sebagai manuver politik dari tokoh oposisi pemerintah.
"Ketika ada sekelompok orang berkumpul dan membuat statement dituding sebagai gerakan politik, yang dituding bilang bukan politik. Sebenarnya yang menuding dan dituding sama-sama berekspresi politik karena berbicara tentang negara. Salah satu asal kata politik adalah polis (Yunani) yang berarti negara," kata Mahfud dikutip dari akun Twitternya @mohmahfudmd, Kamis, 20 Agustus.
Ketika ada sekelompok orng berkumpul dan membuat statement dituding sbg gerakan politik. Yg dituding bilang bkn politik. Sebenarnya yg menuding dan yg dituding sama2 berekspresi politik krn berbicara ttg negara. Salah satu asal kata politik adl "polis" (Yunani) yg berarti negara.
— Mahfud MD (@mohmahfudmd) August 20, 2020
Katamya, ekspresi politik juga terjadi ketika berbagai pihak membicarakan kebijakan maupun membuat petisi tentang kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Sehingga, siapapun yang melakukan hal tersebut tak perlu menolak jika dinyatakan sedang berpolitik.
"Jadi tak perlulah kita takut dikatakan berpolitik sebab berpolitik itu berarti bernegara atau ikut memikirkan atau mengurus kebijakan negara. Yang harus dipahami berpolitik itu tidak sama dengan berpartai politik. Berpartai politik itu hanya sebagian kecil dari aktivitas politik," ujarnya.
BACA JUGA:
Meski kicauannya itu tak menyinggung soal KAMI namun saat dikonfirmasi lebih lanjut, Mahfud mengatakan tulisannya itu ditujukkan bagi siapapun. Tak terkecuali gerakan yang baru dideklarasikan tersebut.
Menurut dia, ketika ada pihak yang menuding KAMI adalah gerakan politik maka mereka tak perlu menampiknya. "Ada yang menuding KAMI melakukan gerakan politik itu kan tidak apa-apa," ungkapnya.
"Anehnya, ada yang membantah dan bilang bahwa KAMI tidak berpolitik. Memangnya kenapa sih kalau berpolitik? Itu kan bukan hanya boleh melainkan juga keniscayaan," imbuh eks Ketua Mahkamah Konstitusi tersebut.
Lebih lanjut, Mahfud menyebut berpolitik adalah fitrah. Sehingga, dirinya kerap heran terutama saat menghadapi anggota DPR RI yang mengatakan kepada pihak lain untuk tidak bermain politik.
"Yang lucu, sering ada anggota DPR yang bilang, 'jangan bermain politik di sini'. Padahal di DPR memang tempatnya berpolitik. Masa, orang datang ke DPR dilarang berpolitik? Berpolitik itu adalah fitrah. Tak ada orang yang tak terikat organisasi politik yang berwujud negara," kata dia.
Sebelumnya, KAMI dideklarasikan di Tugu Proklamasi, Jakarta oleh Din Syamsuddin dan sejumlah tokoh termasuk mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Din Syamsuddin menegaskan KAMI dibentuk untuk membantu menangani persoalan bangsa.
"Bangsa Indonesia mengalami masalah besar, maka marilah kita bangkit untuk menyelamatkan. Saya pribadi dan tokoh lintas agama, kita ingin menyelamatkan negeri tercinta sebagai tanggung jawab kebangsaan, sebagai tanggung jawab kerakyatan,” kata Din Syamsuddin dalam deklarasi, Selasa, 18 Agustus.
Di hadapan massa, Din Syamsuddin menegaskan, KAMI dibentuk sebagai gerakan moral. Gerakan ini bercita-cita menegakan kebenaran dan menciptakan keadilan bagi masyarakat. “Kami sebagai gerakan moral, bersama-sama kita bergerak dan berjuang. Bahwa gerakan moral tidak sepi dari politik, kita juga berpolitik. Tapi politik moral, politik berbasis nilai-nilai moral,” sambungnya.