JAKARTA - Menteri Luar Negeri Antony Blinken bergerak cepat, menyebut proses penjualan jet tempur F-35 siap dilanjutkan dengan UEA, setelah negara itu mengumumkan penundaan diskusi pembelian, di tengah persaingan Amerika Serikat (AS) dan China, dua negara yang menjalin hubunga dengan Emirat.
Seorang pejabat UEA pada Hari Selasa mengatakan kepada Reuters, mereka telah memberi tahu Amerika Serikat akan menangguhkan diskusi untuk memperoleh jet tempur F-35, bagian dari kesepakatan 23 miliar dolar AS yang mencakup drone dan amunisi canggih lainnya.
Pejabat itu mengutip "persyaratan teknis, pembatasan operasional yang berdaulat, dan analisis biaya/manfaat" sebagai alasan yang mendorong penilaian ulang kesepakatan oleh pemerintah UEA.
UEA telah menandatangani perjanjian untuk membeli 50 jet tempur F-35 dan hingga 18 drone bersenjata, orang-orang yang mengetahui situasi tersebut mengatakan kepada Reuters pada Januari.
Berbicara pada konferensi pers di Kuala Lumpur, Blinken mengatakan Washington harus melakukan beberapa tinjauan.
“Kami ingin memastikan, misalnya, komitmen kami terhadap keunggulan militer kualitatif Israel terjamin, jadi kami ingin memastikan kami dapat melakukan tinjauan menyeluruh terhadap teknologi apa pun yang dijual atau ditransfer ke mitra lain di wilayah tersebut, termasuk UEA," terang Blinken, mengutip Reuters 15 Desember.
"Tapi saya pikir, kami terus bersiap untuk melanjutkan (pembicaraan) jika UEA terus ingin mengejar kedua hal ini," tandasnya.
Sebelumnya, penjualan 50 pesawat tempur F-35 buatan Lockheed Martinke UEA sempat melambat, di tengah kekhawatiran Washington atas hubungan Abu Dhabi dengan China, termasuk penggunaan teknologi 5G Huawei di negara tersebut.
"Persyaratan teknis, pembatasan operasional yang berdaulat, dan analisis biaya/manfaat mengarah pada penilaian ulang," uajr pejabat UEA dalam sebuah pernyataan kepada Reuters yang mengkonfirmasi laporan di Wall Street Journal.
"AS tetap menjadi penyedia pilihan UEA untuk persyaratan pertahanan lanjutan dan diskusi untuk F-35 dapat dibuka kembali di masa depan," lanjut pejabat itu, menambahkan ada diskusi untuk "mengatasi kondisi keamanan pertahanan bersama untuk akuisisi."
Terpisah, juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan kemitraan AS dengan UEA lebih strategis dan kompleks daripada penjualan senjata, dengan Washington berkomitmen untuk bekerja dengan Abu Dhabi untuk menjawab pertanyaan mereka.
"Kami akan selalu menekankan, sebagai persyaratan dan kebijakan undang-undang, pada berbagai persyaratan penggunaan akhir," jelas Kirby.
Dia menambahkan, pertemuan antara pejabat AS dan UEA di Pentagon akhir pekan ini akan membahas topik yang luas, tetapi mengantisipasi bahwa penjualan senjata akan muncul.
Sementara, seorang pejabat Departemen Luar Negeri, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan bahwa pemerintahan Biden berkomitmen untuk penjualan yang diusulkan dari pesawat F-35 bersama dengan MQ-9B dan amunisi.
"Kami berharap kami dapat mengatasi masalah yang belum terselesaikan," ungkap pejabat itu.
Perang dingin
Diketahui, Pemerintah AS telah berulang kali mendorong UEA untuk menjatuhkan Huawei Technologies Co. China dari jaringan telekomunikasinya, dan mengklaim bahwa teknologi tersebut dapat menimbulkan risiko keamanan untuk sistem senjatanya.
"F-35 adalah permata mahkota kami di Amerika Serikat, angkatan udara kami, jadi kami harus dapat melindungi keamanan teknologi untuk semua mitra kami," jelas Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Keamanan Regional Mira Resnick kepada Becky Anderson dari CNN pekan lalu, menanggapi pertanyaan tentang apakah UEA harus memilih antara Huawei dan F-35.
"Ini adalah percakapan yang kami lakukan dengan Emirat tentang pilihan yang dapat mereka buat sekarang untuk memastikan mereka dapat menjadi bagian dari program F-35," tambah Resnick.
Tetapi, para pejabat UEA skeptis tentang klaim AS tentang potensi pelanggaran keamanan dan telah menyatakan kecemasan, tentang terjebak dalam 'Perang Dingin baru' antara mitra dagang utama dan sekutu strategis utamanya.
"Apa yang kami khawatirkan adalah garis tipis antara persaingan akut (antara China dan AS) dan Perang Dingin yang baru," sebut Gargash, penasihat diplomatik untuk kepemimpinan UEA.
"Karena saya pikir kita, sebagai negara kecil, akan terpengaruh secara negatif oleh ini, tetapi tidak akan memiliki kemampuan apa pun untuk mempengaruhi kompetisi ini bahkan secara positif," sambungnya.
BACA JUGA:
Gargash juga mengkonfirmasi laporan UEA telah menutup fasilitas China atas kecurigaan AS, fasilitas itu digunakan untuk tujuan militer, meskipun UEA tidak setuju dengan karakterisasi AS atas situs tersebut.
"Pandangan UEA adalah fasilitas tertentu ini sama sekali tidak dapat ditafsirkan sebagai fasilitas militer. Namun, AS memiliki kekhawatirannya dan kami mempertimbangkan kekhawatiran Amerika ini dan menghentikan pekerjaan pada fasilitas ini," paparnya.
"Tapi posisi kita tetap sama. Bahwa fasilitas itu sebenarnya bukan fasilitas militer. Tapi sekali lagi, Anda memiliki kekhawatiran sekutu utama Anda, dan saya pikir akan sangat bodoh bagi Anda untuk tidak mengatasi masalah sekutu Anda," pungkasnya.