Bagikan:

JAKARTA - Fraksi PDIP DPR RI mengingatkan pemerintah untuk memperketat tempat-tempat karantina di Indonesia agar tidak kebobolan akan adanya bahaya penularan mutasi virus COVID-19. Hal ini menyusul adanya kasus kematian pertama yang dilaporkan Inggris akibat terjangkit varian Omicron. 

"(Karantina, red) Ini harus benar-benar ditegakkan, tidak boleh bobol! Tidak boleh ada dispensasi apapun," tegas anggota Fraksi PDIP DPR Rahmad Handoyo kepada wartawan, Rabu, 15 Desember. 

Menurut anggota Komisi IX DPR itu, aturan karantina baik waktu dan tempatnya harus terus ditegakkan. Ini berlaku bagi WNA maupun WNI yang masuk ke Indonesia melalui jalur udara, laut, juga darat.

Legislator dapil Jawa Tengah itu menekankan, perbatasan-perbatasan wilayah Indonesia harus benar-benar dijaga. Pemerintah juga harus memastikan karantina tidak bisa ditawar.

 

"Harus tegas untuk ditegakkan, sehingga para petugas di lapangan harus benar-benar menjaga itu," kata Rahmad.

Rahmad juga meminta pemerintah terus mencermati kasus Omicron yang sudah mewabah di Inggris maupun di negara lain dengan cermat. Selain pintu masuk RI juga perlu diperketat.

"Saya kira kita semakin waspada dengan membuat lebih ketat lagi pintu-pintu masuk pertahanan negara. Pintu udara, laut dan perbatasan darat tentu harus ketat lagi untuk lebih rapi, lebih para petugasnya lebih giat untuk menertibkan atau sesuai dengan ketentuan," terangnya. 

 

Rahmad juga mengimbau seluruh masyarakat Indonesia untuk tetap mawas diri meski kasus COVID-19 di Tanah Air saat ini tengah melandai. 

 

"Kepada seluruh warga masyarakat meskipun kasus di Indonesia kita syukuri saat ini bagus dari sisi pengendalian tetapi kita tidak boleh berpuas diri kita tidak boleh abai," demikian Rahmad. 

 

Untuk diketahui, Inggris mencatat satu korban kematian akibat varian baru virus corona Omicron. Ini jadi kematian pertama yang dikonfirmasi di dunia. Kabar ini disampaikan Perdana Menteri Boris Johnson, Senin, 13 Desember. 

"Sayangnya setidaknya satu pasien kini telah dipastikan meninggal dengan Omicron," kata Johnson kepada wartawan di pusat vaksinasi di London, dikutip dari Reuters.

Namun Johnson tidak memberikan rincian tentang identitas dan kematian korban, selain yang telah didiagnosis di rumah sakit. Tidak jelas apakah pasien meninggal tersebut sudah divaksinasi atau memiliki masalah kesehatan lain.

Sebelum kematian diumumkan, Inggris mengatakan sebanyak 10 orang telah dirawat di rumah sakit karena terpapar Omicron di berbagai bagian Inggris. Usia mereka berkisar antara 18 hingga 85 tahun dan sebagian besar telah menerima dua dosis vaksinasi.

Sejak kasus Omicron pertama terdeteksi pada 27 November di Inggris, Johnson telah memberlakukan pembatasan yang lebih ketat. Dia juga memperingatkan bahwa varian tersebut dapat mengatasi pertahanan kekebalan tubuh masyarakat yang sudah vaksin dua dosis.

"Jadi saya pikir gagasan bahwa ini adalah versi virus yang lebih ringan, saya pikir itu adalah sesuatu yang perlu kita atur (untuk) satu sisi, dan hanya mengenali kecepatan yang dipercepat melalui populasi," katanya.