Bagikan:

JAKARTA - Rejimen vaksin COVID-19 dua dosis tidak menginduksi antibodi penetral yang cukup terhadap varian Omicron virus corona, ilmuwan Inggris menemukan, menunjukkan peningkatan infeksi pada mereka yang sebelumnya terinfeksi atau divaksinasi mungkin terjadi.

Para peneliti dari Universitas Oxford menerbitkan hasil pada Hari Senin dari sebuah penelitian yang belum ditinjau sejawat, di mana mereka menganalisis sampel darah dari peserta yang diberi dosis dari AstraZeneca-Oxford atau Pfizer-BioNTech dalam sebuah penelitian besar yang meneliti pencampuran vaksin.

Hasilnya muncul sehari setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperingatkan, dua suntikan tidak akan cukup untuk menahan varian Omicron, menyusul temuan dari badan kesehatan Inggris pekan lalu, bahwa dosis booster secara signifikan memulihkan perlindungan terhadap varian tersebut.

Studi Oxford mengatakan, bahwa belum ada bukti tingkat antibodi pelawan infeksi yang lebih rendah terhadap varian Omicron, dapat menyebabkan risiko penyakit parah, rawat inap, atau kematian yang lebih tinggi pada mereka yang telah mendapat dua dosis vaksin yang disetujui.

"Data ini penting tetapi hanya satu bagian dari gambaran. Mereka hanya melihat antibodi penawar setelah dosis kedua, tetapi tidak memberi tahu kami tentang kekebalan seluler, dan ini juga akan diuji," kata Matthew Snape, profesor dan peneliti Oxford sekaligus penulis makalah.

Diberitakan sebelumnya, Inggris menghadapi 'gelombang pasang' varian Omicron dari virus corona, dengan dua dosis vaksin COVID-19 tidak akan cukup untuk menahannya, sebut PM Inggris Boris Johson memperingatkan Hari Minggu, saat Ia mempercepat program peluncuran dosis penguat atau booster.

Berbicara beberapa jam setelah ilmuwan pemerintah menaikkan level waspada COVID-19 ke level 4 dari skala 5, PM Johnson mengatakan program booster harus berjalan lebih cepat, karena para ilmuwan belum tahu apakah varian Omicron lebih ringan daripada varian lainnya.

"Gelombang pasang Omicron akan datang," ujar PM Johnson dalam pernyataan yang disiarkan televisi pada Minggu malam.

"Dan saya khawatir sekarang jelas bahwa dua dosis vaksin tidak cukup untuk memberikan tingkat perlindungan yang kita semua butuhkan," sambung PM Jonson.