Studi Afsel, Darah Penerima Vaksin Lengkap dan Pernah Terinfeksi COVID-19 Masih Netralkan Varian Omicron
Ilustrasi penelitian. (Wikimedia Commons/Steve Jurvetson)

Bagikan:

JAKARTA - Varian Omicron dari virus corona sebagian dapat menghindari perlindungan dari dua dosis vaksin COVID-19 lansiran Pfizer BioNTech, kata kepala penelitian laboratorium Africa Health Research Institute di Afrika Selatan (Afsel), Selasa.

Namun, penelitian menunjukkan darah dari orang yang telah menerima dua dosis vaksin dan memiliki infeksi sebelumnya, sebagian besar mampu menetralkan varian, menunjukkan dosis booster vaksin dapat membantu untuk menangkis infeksi.

Alex Sigal, seorang profesor di Institut Penelitian Kesehatan Afrika, mengatakan di Twitter, ada penurunan yang sangat besar" dalam netralisasi varian Omicron relatif terhadap jenis COVID-19 sebelumnya.

Laboratorium menguji darah dari 12 orang yang telah divaksinasi dengan dua dosis vaksin Pfizer/BioNTech, menurut sebuah manuskrip yang diunggah di situs web labnya. Kendati, data awal dalam naskah belum ditinjau oleh rekan sejawat.

Darah dari lima dari enam orang yang telah divaksinasi serta sebelumnya terinfeksi COVID-19 masih menetralkan varian Omicron, kata naskah itu.

"Hasil ini lebih baik dari yang saya harapkan. Semakin banyak antibodi yang Anda dapatkan, semakin besar kemungkinan Anda akan terlindungi dari Omicron," sebut Sigal di Twitter, mengutip Reuters 8 Desember.

Dia mengatakan, laboratorium belum menguji varian terhadap darah dari orang yang telah menerima dosis booster, karena belum tersedia di Afrika Selatan.

Menurut manuskrip, laboratorium mengamati penurunan 41 kali lipat dalam tingkat antibodi penetralisir terhadap varian Omicron. Sigal mengatakan di Twitter, angka tersebut kemungkinan akan disesuaikan setelah labnya melakukan lebih banyak eksperimen.

Sementara antibodi penetralisir merupakan indikator respons kekebalan tubuh, para ilmuwan percaya jenis sel lain seperti sel B dan sel T juga dirangsang oleh vaksin dan membantu melindungi dari efek virus corona.

Data awal tidak menunjukkan bahwa vaksin kurang mampu mencegah penyakit parah atau kematian. Sementara tes laboratorium sedang berlangsung, CEO BioNTech Ugur Sahin mengatakan minggu lalu, "kami pikir kemungkinan orang akan memiliki perlindungan substansial terhadap penyakit parah yang disebabkan oleh Omicron."

Varian Omicron, pertama kali terdeteksi di Afrika selatan bulan lalu, telah memicu alarm secara global akan lonjakan infeksi lainnya, dengan lebih dari dua lusin negara dari Jepang hingga Amerika Serikat melaporkan kasus tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikannya pada 26 November sebagai "varian yang menjadi perhatian," tetapi mengatakan tidak ada bukti yang mendukung perlunya vaksin baru yang dirancang khusus untuk mengatasi varian Omicron dengan banyak mutasinya.

Belum ada data signifikan tentang bagaimana vaksin dari Moderna, Johnson & Johnsondan pembuat obat lain bertahan terhadap varian baru. Semua produsen, termasuk Pfizer dan BioNTech, diharapkan merilis data mereka sendiri dalam beberapa minggu.

Sementara itu, Sahin dari BioNTech mengatakan kepada NBC News pada Hari Selasa, pembuat obat memiliki data yang akan datang pada Hari Rabu atau Kamis terkait dengan varian baru.

Kemarin, pakar penyakit menular terkemuka AS Dr. Anthony Fauci mengatakan bukti awal menunjukkan bahwa varian Omicron dari virus corona, kemungkinan memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi tetapi tidak terlalu parah.

Dia mengatakan Amerika Serikat sedang melakukan tes sendiri untuk menentukan perlindungan vaksin saat ini terhadap varian Omicron, mengharapkan hasilnya diperoleh minggu depan.

Terpisah, Umer Raffat, seorang analis untuk Evercore ISI, memperingatkan agar tidak membaca terlalu banyak ke dalam satu studi, mencatat ada variabilitas yang signifikan dalam mengukur penurunan tingkat antibodi dalam studi laboratorium sebelumnya.

"Kita tunggu saja studi tambahan untuk menggambar mozaik," singkatnya.