Bagikan:

JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut varian Omicron virus corona dilaporkan di lebih dari 60 neagra, menimbulkan risiko global 'sangat tinggi' dengan beberapa bukti mampu menghindari perlindungan vaksin, kendati data klinis tingkat keparahannya terbatas.

Ketidakpastian yang cukup besar mengelilingi Omicron, yang pertama kali terdeteksi bulan lalu di Afrika selatan dan Hong Kong, yang mutasinya dapat menyebabkan penularan yang lebih tinggi dan lebih banyak kasus penyakit COVID-19, kata WHO dalam penjelasan teknis yang dikeluarkan pada hari Minggu.

"Risiko keseluruhan yang terkait dengan varian baru yang menjadi perhatian Omicron tetap sangat tinggi karena sejumlah alasan," kata WHO, mengulangi penilaian pertamanya pada 29 November, mengutip Reuters 13 Desember.

Setidaknya satu pasien telah meninggal di Inggris setelah tertular varian Omicron, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pada Hari Senin.

WHO mengatakan, ada tanda-tanda awal orang yang divaksinasi dan sebelumnya terinfeksi tidak akan membangun antibodi yang cukup untuk menangkal infeksi dari varian Omicron, yang mengakibatkan tingkat penularan yang tinggi dan "konsekuensi yang parah".

Tidak jelas apakah varian Omicron secara inheren lebih menular daripada varian Delta yang dominan secara global, kata WHO.

Menguatkan penilaian WHO, para peneliti Universitas Oxford menerbitkan analisis laboratorium pada Hari Senin yang mencatat penurunan substansial dalam antibodi penetralisir terhadap varian Omicron, pada orang yang telah memiliki dua dosis vaksin COVID-19.

Sementara pertahanan antibodi dari program vaksin AstraZeneca dan BioNTech/Pfizer telah dirusak, ada harapan bahwa sel-T, pilar kedua dari respons imun, dapat mencegah penyakit parah dengan menyerang sel manusia yang terinfeksi.

Sejumlah penerima vaksin tidak menghasilkan antibodi penetral yang terukur terhadap varian Omicron, kata para peneliti Oxford. Salah satu dari mereka, Matthew Snape, mengatakan belum jelas seberapa nyata penurunan kemanjuran vaksin di dunia nyata.

"Kami tidak tahu berapa banyak antibodi penetral yang cukup. Kami masih belum benar-benar menentukan apa ambang batas perlindungan," ungkap Snape, menambahkan saran terbaik untuk yang belum divaksinasi adalah mencari dosis awal dan bagi mereka yang divaksinasi untuk mendapatkan suntikan booster.

Para peneliti Oxford mengatakan, belum ada bukti bahwa varian Omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Temuan mereka secara luas sejalan dengan analisis laboratorium lain minggu lalu pada darah individu yang divaksinasi dua kali, yang dilakukan oleh para peneliti di Medical University of Innsbruck, Austria.

Analisis juga mencatat penurunan signifikan dalam antibodi yang bereaksi terhadap varian Omicron, dengan banyak sampel darah yang tidak menunjukkan respons sama sekali.

Baik tim Innsbruck dan Oxford mengatakan mereka akan memperluas penelitian mereka kepada mereka yang memiliki tiga suntikan vaksin.

Sementara itu, Pfizer dan BioNTech mengatakan pekan lalu bahwa dua suntikan vaksin mereka mungkin masih melindungi terhadap penyakit parah, karena mutasinya tidak mungkin menghindari respons sel-T.

Mereka juga mengatakan, suntikan booster ketiga memulihkan tingkat perlindungan antibodi terhadap varian Omicron yang sebanding dengan yang diberikan oleh rejimen dua suntikan terhadap virus asli yang diidentifikasi di China.

BACA JUGA:


- https://voi.id/berita/113174/israel-cabut-fasilitas-mobil-sopir-hingga-pengawal-untuk-istri-dan-anak-mantan-pm-netanyahu-meski-ada-ancaman

- https://voi.id/berita/112544/tuduh-ukraina-memobilisasi-artileri-rusia-negosiasi-penyelesaian-damai-menemui-jalan-buntu

- https://voi.id/berita/112550/ungkap-ada-staf-cia-bekerja-di-pemerintahan-rusia-pada-1990-an-presiden-putin-saya-membersihkan-semuanya

- https://voi.id/berita/112532/tegas-peringatkan-rusia-untuk-tidak-menginvasi-ukraina-menteri-pertahanan-inggris-saya-tidak-ingin-melihat-perang

- https://voi.id/berita/112529/tentang-rezim-militer-penduduk-myanmar-lancarkan-pemogokan-serentak-dan-kampanye-hitam-hari-in

WHO mengutip bukti awal, jumlah orang yang terinfeksi kembali virus telah meningkat di Afrika Selatan.

Sementara temuan awal menunjukkan Omicron mungkin kurang parah daripada varian Delta, lebih banyak data diperlukan untuk menentukan apakah Omicron secara inheren kurang berbahaya, katanya.

"Bahkan jika tingkat keparahannya berpotensi lebih rendah daripada varian Delta, diprediksi rawat inap akan meningkat sebagai akibat dari peningkatan penularan. Lebih banyak rawat inap dapat membebani sistem kesehatan dan menyebabkan lebih banyak kematian," katanya.

Informasi lebih lanjut diharapkan dalam beberapa minggu mendatang, tambahnya, mencatat jeda waktu antara infeksi dan hasil.