JAKARTA - Varian Omicron virus corona menimbulkan risiko infeksi ulang tiga kali lipat lebih tinggi daripada varian Delta dan varian Beta yang saat ini dominan, kata sekelompok badan kesehatan Afrika Selatan, Kamis.
Pusat Pemodelan dan Analisis Epidemiologi Afrika Selatan (SACEMA) dan Institut Nasional Penyakit Menular (NICD) mengatakan, temuan terbaru memberikan bukti epidemiologis mengenai kemampuan varian Omicron untuk menghindari kekebalan dari infeksi sebelumnya.
Pernyataan mereka dikeluarkan setelah sekelompok organisasi kesehatan Afrika Selatan menerbitkan makalah di medrxiv.org sebagai pra-cetak, yang berarti karya tersebut belum disertifikasi oleh peer review.
Sebelumnya pada hari itu, ahli mikrobiologi Anne von Gottberg di NICD telah menggemakan pandangan yang sama pada konferensi pers online yang diselenggarakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan Afrika Selatan mengalami peningkatan infeksi ulang COVID-19 karena varian Omicron.
Afrika Selatan telah melihat lonjakan tiba-tiba dalam kasus virus corona yang dilaporkan setiap hari, dengan pemerintah melaporkan 11.535 infeksi baru pada Hari Kamis, naik dari 312 sepuluh hari yang lalu.
NICD, yang bersama jaringan organisasi kesehatan yang lebih luas melakukan pengurutan genom pada sampel, mengatakan pada Hari Rabu varian Omicron mampu mengatasi beberapa kekebalan dan dengan cepat menjadi varian dominan di negara tersebut.
BACA JUGA:
Analisis data pengawasan rutin dari Afrika Selatan sejak Maret 2020 hingga 27 November menunjukkan "profil risiko infeksi ulang varian Omicron secara substansial lebih tinggi daripada yang terkait dengan varian Beta dan Delta selama gelombang kedua dan ketiga," sebut NICD dalam pernyataannya Kamis, mengutip Reuters 3 Desember.
Peningkatan infeksi ulang daripada infeksi baru akan menjadi indikasi, varian baru telah mengembangkan kemampuan untuk menghindari kekebalan alami dari infeksi sebelumnya, lanjutnya.
Juliet Pulliam, direktur SACEMA dan penulis makalah pra-cetak, mengatakan dalam artikelnya, pola varian Omicron kemungkinan akan terbentuk di semua Provinsi Afrika Selatan pada awal hingga pertengahan Desember, sebut NICD.
"Analisis ini didasarkan pada 2.796.982 orang dengan hasil tes positif setidaknya 90 hari sebelum 27 November, di mana 35.670 diduga terinfeksi ulang," tandasnya.