Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat pada hari Minggu mencapai 800.000 kematian terkait virus corona, menurut penghitungan Reuters, ketika negara itu bersiap menghadapi potensi lonjakan infeksi, lantaran waktu yang lebih banyak dihabiskan di dalam ruangan karena musim dingin dan ancaman varian Omicron.

Ini menjadikan angka kematian akibat virus Corona di AS saat ini melebihi seluruh populasu North Dakota. Kendati memiliki stok vaksin yang tersebar luas dan mudah dicapai, Negeri Paman Sam kehilangan lebih banyak nyawa akibat COVID-19 dibanding tahun lalu, seiring dengan varian Delta yang lebih menular dan adanya orang yang menolak vaksinasi.

Mengutip Reuters 13 Desember, sejak awal tahun, lebih dari 450.000 orang di Amerika Serikat telah meninggal setelah tertular COVID-19, atau 57 persen dari semua kematian di AS akibat penyakit tersebut sejak pandemi dimulai.

Kematian tahun ini sebagian besar terjadi pada pasien yang tidak divaksinasi, kata para ahli kesehatan. Kematian telah meningkat meskipun ada kemajuan dalam merawat pasien COVID dan pilihan pengobatan baru seperti antibodi monoklonal.

Butuh 111 hari bagi kematian AS untuk melonjak dari 600.000 menjadi 700.000, menurut analisis Reuters. Sementara, 100.000 kematian berikutnya hanya membutuhkan waktu 73 hari. Sementara mengutip Worldometers, angka kematian akibat COVID-19 di AS sudah mencapai 817.955 orang, dengan total kasus infeksi mencapai 50.801.212 kasus dan pasien sembuh sebanyak 40.003.526.

Sementara, negara-negara lain telah kehilangan jauh lebih sedikit nyawa per kapita dalam 11 bulan terakhir, menurut analisis Reuters.

Di antara negara-negara terkaya Kelompok Tujuh (G7), Amerika Serikat menempati peringkat terburuk dalam hal kematian per kapita akibat COVID-19 antara 1 Januari dan 30 November, menurut analisis Reuters. Tingkat kematian di Amerika Serikat lebih dari tiga kali lebih tinggi daripada di negara tetangga Kanada dan 11 kali lebih banyak dari Jepang.

Bahkan ketika Amerika Serikat dibandingkan dengan kumpulan besar negara-negara kaya yang memiliki akses ke vaksin, peringkatnya mendekati bagian bawah. Di antara 38 anggota Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Amerika Serikat menempati urutan ke-30. Hanya Hongaria, Slovakia, Republik Ceko, Lituania, Latvia Kolombia, Polandia, dan Slovenia yang memiliki lebih banyak kematian per kapita akibat COVID-19. Adapun Selandia Baru mencatat kematian paling sedikit.

Jika dibandingkan dengan Uni Eropa, Amerika Serikat memiliki 1,3 kali kematian per kapita yang dilaporkan dalam 11 bulan terakhir dibandingkan seluruh blok. Di antara lebih dari 200 negara dan wilayah yang dilacak oleh Reuters, Amerika Serikat menempati urutan ke-36.

Amerika Serikat memiliki jumlah total kematian COVID-19 yang dilaporkan tertinggi di dunia, diikuti oleh Brasil dan India, menurut penghitungan Reuters. Dengan hanya 4 persen dari populasi dunia, negara ini menyumbang sekitar 14 persen dari semua kematian akibat COVID-19 yang dilaporkan, serta 19 persen kasus di seluruh dunia. Negara ini akan segera melampaui 50 juta kasus.

Infeksi baru di Amerika Serikat rata-rata sekitar 120.000 per hari, dengan Michigan menyumbang kasus terbanyak per hari. Pasien COVID-19 memenuhi rumah sakit Michigan pada tingkat rekor, dengan tiga dari empat di antaranya tidak divaksinasi, menurut Asosiasi Kesehatan & Rumah Sakit Michigan (MHA).

Para ilmuwan masih mengevaluasi dampak varian Omicron baru dan apakah vaksin dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadapnya. Sementara, varian Delta tetap menjadi versi virus yang dominan di Amerika Serikat.

Dari 10 negara bagian yang melaporkan kematian per kapita terbanyak dalam 11 bulan terakhir, delapan berasal dari selatan Negeri Paman Sam, yakni Alabama, Georgia, Florida, Kentucky, Oklahoma, Mississippi, Carolina Selatan, dan Virginia Barat, menurut analisis Reuters.

Untuk diketahui, sekitar 60 persen populasi AS telah divaksinasi penuh terhadap COVID-19, data CDC menunjukkan.

Kekhawatiran varian baru telah mendorong orang Amerika untuk mengantre untuk dosis booster vaksin COVID-19 dengan kecepatan rekor. Hanya di bawah satu juta orang per hari menerima dosis booster dari salah satu dari tiga vaksin resmi minggu lalu, tingkat tertinggi sejak regulator memberikan anggukan untuk suntikan tambahan.

"Kita harus bertindak bersama pada saat untuk mengatasi dampak dari kasus-kasus yang kita lihat saat ini, yang sebagian besar adalah Delta, dan untuk mempersiapkan diri kita sendiri untuk kemungkinan lebih banyak Omicron," Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS Dr. Rochelle Walensky mengatakan pada briefing Gedung Putih pada Hari Selasa.