Bagikan:

JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan kematian akibat COVID-19 harus dicegah sekuat tenaga meski varian baru Omicron tidak seganas varian Delta, namun memiliki tingkat penularan lebih cepat.

"Walaupun angka kematian ini jauh lebih rendah dibandingkan saat gelombang Delta tapi,  kita semua sadar, satu kematian saja akibat COVID-19 tetap terlalu banyak dan harus dicegah sekuat tenaga," kata Anies melalui akun Instagram @aniesbaswedan di Jakarta, Rabu 9 Februari.

Gubernur DKI mencatat tren kematian tidak mengikuti tren pada puncak gelombang kedua yang sempat mencapai 200 jiwa dalam sehari dan saat ini angka kematian COVID-19 dalam kisaran 30 orang per hari.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menjelaskan angka kematian yang lebih rendah ini bisa disebabkan karena beberapa faktor di antaranya sifat dari varian Omicron yang tidak seganas varian Delta.

Tak hanya itu, juga faktor vaksinasi dan kekebalan warga Jakarta yang sudah jauh lebih tinggi dibanding tahun lalu.

Namun kebanyakan kasus kematian masih didominasi oleh warga yang belum mendapatkan vaksinasi dosis lengkap.

Untuk itu, Anies mengajak masyarakat untuk menuntaskan vaksinasi termasuk dosis ketiga (booster).

Ia juga mengingatkan masyarakat untuk tidak terlena atau menyepelekan keadaan mencermati angka kematian yang lebih rendah dibandingkan ketika menghadapi gelombang kedua.

'Walaupun 'fatality rate' lebih rendah tapi bila jumlah kasusnya berlipat lebih banyak maka jumlah kematian absolut tetap bisa tinggi seperti gelombang kedua. Ini yang harus kita cegah sama sama," ucapnya.

Sebelumnya, Pemerintah Pusat menaikkan status PPKM Jakarta menjadi level tiga sehingga mobilitas dan aktivitas masyarakat dapat ditekan untuk mencegah penularan COVID-19.

Pemprov DKI mencatat per Senin 7 Februari, kasus aktif di Jakarta mencapai 74 ribu atau melonjak signifikan jika dibandingkan pada Minggu 6 Februari, dengan penambahan kasus harian mencapai angka 15.825 kasus.

Jumlah kasus baru itu melampaui rekor penambahan kasus harian pada 12 Juli 2021 yang saat itu sekitar 14.500 sehingga jumlah kasus harian saat ini sudah lebih tinggi dibandingkan pada puncak gelombang kedua.