JAKARTA - Akumulasi kasus COVID-19 di DKI Jakarta menjadi yang paling tinggi se-Indonesia. Pertambahan kasus COVID-19 di DKI pada hari ini sebanyak 1.029. Sementara, akumulasi kasusnya mencapai 40.309 kasus.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut hal ini sejalan dengan upaya pemeriksaan (testing) COVID-19 yang semakin masif dilakukan.
"Kemarin, dilaporkan bahwa 43 persen testing dari seluruh Indonesia itu dilakukan di Jakarta. Konsekuensinya, angka positif menjadi lebih banyak," kata Anies dalam diskusi webinar, Senin, 31 Agustus.
Jumlah orang yang dites dalam sepekan terakhir sebanyak 56.815 orang. Angka ini berada 5 kali lipat dari standar minimal yang ditentukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dalam menjaring kasus COVID-19 Pemprov DKI menggunakan cara penelusuran kontak secara aktif dari kasus positif (active case finding), tidak hanya menunggu masyarakat melakukan tes mandiri.
"Dengan cara seperti itu, kita mengetahui dengan senyatanya tentang status COVID-19 di Jakarta. Ini nantinya akan kita bisa lihat dari ujungnya," ucap Anies.
Meski angka kasus semakin banyak, Anies menyebut angka kematian akibat COVID-19 di DKI semakin menurun. Tingkat kematian (case fatality fate) di DKI saat ini sebesar 3 persen.
Sedangkan, angka kematian dalam skala nasional sebesar 4,3 persen. Sementara, angka kematian dunia berada pada angka 3,4 persen.
Dari angka kematian yang rendah, kata Anies, menggambarkan bahwa aktivitas testing masif yang dilakukan membuat DKI bisa mendeteksi kasus secara dini sebelum keadaan menjadi semakin parah.
"Mereka yang memiliki penyakit bawaan atau mereka yang punya risiko fatal karena usia, mereka bisa dilakukan isolasi diri, bisa dirawat bila memerlukan perawatan sehingga tidak terlambat dalam penanganan," ungkapnya.