Bagikan:

JAKARTA - Angkatan Udara Taiwan bergegas bertindak untuk memperingatkan 27 pesawat tempur China yang memasuki zona pertahanan Taiwan, saat Presiden China Xi Jinping bertemu dengan para jenderal utamanya Minggu.

Ini untuk kesekian kalinya, China kembali mengirimkan armada Angkatan Udaranya yang sering diprotes Taiwan selama setahun terakhir, seringkali di bagian barat daya zona identifikasi pertahanan udara atau ADIZ, dekat dengan Kepulauan Pratas yang dikuasai Taiwan.

Taiwan menyebut kegiatan militer China yang berulang di dekatnya sebagai "zona abu-abu", yang dirancang untuk melemahkan kekuatan Taiwan dengan membuat mereka berulang kali menguji tanggapan Taiwan.

Selama periode empat hari yang dimulai pada 1 Oktober, ketika China menandai hari nasionalnya, Taiwan mengatakan hampir 150 pesawat militer China (PLA) memasuki ADIZ-nya, bukan wilayah udara teritorial tetapi area yang lebih luas yang dipantau dan patroli Taiwan yang bertindak untuk memberikan lebih banyak waktu untuk menanggapi setiap ancaman.

Dalam misi Hari Minggu kemarin, China mengerahkan antara lain 18 jet tempur ditambah lima pembom H-6 berkemampuan nuklir, serta, yang luar biasa, sebuah pesawat pengisian bahan bakar udara Y-20, sebut Kementerian Pertahanan Taiwan, mengutip Reuters 29 November.

Pembom dan enam pesawat tempur terbang ke selatan Taiwan ke Selat Bashi yang memisahkan pulau itu dari Filipina, kemudian keluar ke Pasifik sebelum kembali ke China, menurut peta yang disediakan kementerian.

Pesawat-pesawat itu disertai dengan pesawat pengisian bahan bakar, menunjukkan China mengisi bahan bakar pesawat tempur jarak pendek, keterampilan yang angkatan udara negara itu masih bekerja untuk mengasah, guna memungkinkannya memproyeksikan kekuatan lebih jauh dari pantai China.

Sebagai respon, Taiwan mengirim pesawat tempur untuk memperingatkan pesawat China, sementara sistem rudal dikerahkan untuk memantau mereka, jelas Kementerian Pertahanan.

Tidak ada komentar langsung dari China, yang di masa lalu mengatakan langkah-langkah seperti itu adalah latihan yang bertujuan untuk melindungi kedaulatan negara.

Terpisah, media pemerintah China melaporkan Presiden Xi Jinping telah mengadakan pertemuan tiga hari yang berakhir pada hari Minggu dengan para pejabat tinggi Negeri Tirai Bambu, membahas bagaimana lebih jauh untuk memperkuat angkatan bersenjata melalui pengembangan bakat.

Kendati tidak menyebutkan secara langsung nama Taiwan dalam pidato sambutannya, Presiden Xi memang menekankan perlunya memodernisasi militer agar dapat memenangkan perang.

"Penting untuk melakukan upaya besar untuk memperkuat literasi sains dan teknologi, untuk meningkatkan kemampuan aktual untuk memenangkan perang modern," sebut kantor berita resmi Xinhua mengutip Presiden Xi.

"Hal ini diperlukan untuk memperkuat pengalaman praktis untuk mendorong serta membimbing perwira dan tentara untuk mengalami angin dan hujan, melihat dunia, memperkuat otot dan tulang mereka, dan mengembangkan bakat mereka dalam latihan militer yang berapi-api," tandas Presiden Xi.