Sekretaris Sebut Mantan Presiden Korea Selatan Chun Doo-hwan Kemungkinan Wafat Karena Efek Vaksin COVID-19
Presiden Chun Doo Hwan saat meninjau latihan militer bersama Korea Selatan dengan Amerika Serikat tahun 1983. (Wikimedia Commons/Al CHANG)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang sekretaris Chun Doo-hwan, mantan presiden yang meninggal pada usia 90 pada Hari Selasa, mengklaim kematian Chun mungkin disebabkan oleh reaksi abnormal setelah menerima vaksin COVID-19.

Mendiang Chun merebut kekuasaan dalam kudeta militer pada 1979 dan memerintah negara itu hingga 1988. Dia didiagnosis menderita multiple myeloma, sejenis kanker darah yang memengaruhi sel darah putih pada Agustus lalu.

Min Jeong-ki, mantan sekretaris kepresidenan Chun, mengajukan spekulasi Chun mungkin mengembangkan penyakit itu sebagai efek samping dari vaksin virus corona, yang bisa menjadi penyebab kematiannya.

"Ketika saya mengunjunginya pada Bulan Juni tahun ini, dia terlihat tidak sehat. Saya bertanya kepada istrinya tentang kondisi kesehatannya, dan dia menjawab, 'Dia kehilangan sekitar 10 kilogram dalam 10 hari, karena dia kehilangan nafsu makan setelah menerima obat itu,. vaksin COVID-19," jelas min saat diwawancarai penyiar lokal mengutip Korea Times 25 November.

Lebih jauh Min mengatakan, Chun menerima vaksinasi COVID-19 dengan menggunakan vaksin Pfizer. Namun, tidak diketahui tanggal pasti kapan ia menerima vaksinasi tersebut.

"Dan kemudian dia didiagnosis menderita leukemia. Saya pernah mendengar insiden seperti itu (didiagnosis menderita leukemia setelah vaksin COVID-19) juga terjadi pada orang lain," tutur Min, meningkatkan spekulasi diagnosis kanker Chun mungkin merupakan reaksi abnormal dari vaksin.

Terpisah, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan mengatakan akan melakukan penyelidikan atas kasus Chun sesuai dengan protokol.

"Jika dugaan efek abnormal dilaporkan, kami melakukan penyelidikan sesuai dengan kebijakan tentang efek samping vaksin. Tetapi kami tidak dapat membuat kesimpulan apa pun kecuali ada laporan resmi yang diajukan," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Son Young-rae.

Sementara itu, Jacob Lee, seorang spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Suci Universitas Hallym, membantah klaim Min, menyebutnya "tidak berdasar."

"Banyak ahli hematologi berulang kali mengatakan, leukemia dan vaksin tidak memiliki hubungan sebab akibat," katanya saat wawancara dengan stasiun radio lokal.

"Dan karena Chun menderita multiple myeloma, sejenis leukemia yang berkembang sangat lambat, ada kemungkinan sangat kecil bahwa leukemia adalah hasil dari reaksi abnormal terhadap vaksin," tandasnya.