JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut toa peringatan banjir tidak efektif. Toa ditegaskan Anies bukan sistem dari peringatan dini.
"Ini bukan early warning system, ini toa. Kalau early warning system itu begini, kejadian air di Katulampa sekian, lalu dari Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, MRT, Satpol PP, seluruhnya itu tahu wilayah mana yang punya risiko. Jadi, sebelum kejadian kita sudah siap," kata Anies dalam tayangan YouTube Pemprov DKI yang dilihat pada Jumat, 7 Agustus.
Dipasangnya toa—seharga Rp 4 miliar—di 15 kelurahan rawan banjir, bagi Anies belum membantu untuk penanganan awal saat banjir datang.
"Hari ini, kalau kejadian, seakan-akan ini banjir pertama. Kita menanganinya malah ad hoc. Padahal, tanah ini sudah puluhan tahun kena banjir," katanya.
BACA JUGA:
Anies kemudian berbicara mengenai pengadaan toa yang dibeli dari perusahaan Jepang. Strategi pemasaran perusahaan penjual menurut Anies sukses.
"Ini (toa) adalah cara promosi (Jepang) paling bagus, hibah dulu habis itu pengadaan. dan strategi mereka sukses, lalu kita belanja terus ke Jepang," kata dia.
Anies menyebut penggunaan toa memang cocok di Jepang karena potensi bencana alam tsunami. Toa efektif untuk memperingatkan warga bila potensi tsunami datang. Kondisi itu berbeda dengan Jakarta. Masalah banjir Jakarta, menurut Anies, bisa diprediksi dari keadaan aliran air di hulu.
"Kalau bendungan Katulampa sampai Jakarta berapa jam? Bisa diberi tahu pake apa? Segala macam bisa. Perlu pengadaan? Enggak perlu," cecar Anies kepada anak buahnya.
Karena itu, Anies meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI tak lagi menggelontorkan anggaran untuk pengadaan toa banjir. Kini, peringatan dini banjir, menurut Anies, bisa dilakukan dari toa masjid dan aplikasi WhatsApp.
"Jangan diteruskan belanja (toa) ini. Toa ini sudah terlanjur ada, ya sudah dipakai. Tapi, tidak usah ditambah. lalu bangunnya sistem, jangan bangun toa seperti ini," ujar dia.
Toa peringatan banjir dianggarkan Pemprov DKI pada awal tahun 2020. Anggaran Rp 4 miliar disiapkan membeli toa untuk peringatan curah hujan tinggi kepada warga mengantisipasi banjir.
Angka Rp4 miliar itu, di antaranya untuk mendirikan enam stasiun ekspansi peringatan dini bencana transmisi VHF radio, masing-masing seharga Rp4,73 miliar. Kemudian ada juga 6 pole Disaster Warning System yang masing-masing dihargai Rp53 juta.
Dalam pemasangannya, satu set akan dipasang empat toa, dikaitkan menggunakan tiang. Ketika tinggi muka air di aliran sungai masuk dalam kondisi Siaga III, petugas BPBD tiap wilayah akan memberikan peringatan yang terdengar dari toa-toa tersebut.