Larang Boncengan Motor, Rezim Militer Myanmar Ancam Tembak di Tempat Bagi Pelanggar Mulai Besok
Ilustrasi pasukan rezim militer mengamankan pengunjuk rasa anti-kudeta. (Wikimedia Commons/Sithu Naina/VOA)

Bagikan:

JAKARTA - Rezim militer Myanmar memberlakukan pembatasan baru untuk sepeda motor di kota-kota tertentu di wilayah Yangon, Tanintharyi, Sagaing dan Mandalay.

Pembatasan baru tersebut secara luas dipandang sebagai upaya untuk membatasi pergerakan pejuang perlawanan sipil, yang terkadang menggunakan sepeda motor untuk melakukan serangan penembakan dan pengeboman terhadap pasukan rezim militer.

Di bawah aturan baru, dua pria sekarang dilarang mengendarai sepeda motor bersama. Seorang pria yang duduk di kursi belakang membonceng pengemudi wanita juga tidak diperbolehkan. Sementara di beberapa kotapraja, semua sepeda motor, serta sepeda roda tiga, telah dilarang di jalan.

Kota-kota yang ditargetkan oleh larangan sepeda motor termasuk Thanlyin dan Hlaing Tharyar di Wilayah Yangon, Dawei dan Myeik di Wilayah Tanintharyi, Monywa di Wilayah Sagaing dan Kyaukpadaung, Taung Tha, Meiktila, Mahlaing, Wundwin dan kota-kota Thazi di Wilayah Mandalay.

Pada 25 Oktober, Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) setempat di Meiktila menggunakan sepeda motor untuk menyerang patroli rezim militer Myanmar dengan bom. PDF mengklaim dua polisi tewas dan setidaknya lima lainnya terluka dalam serangan itu.

"Pembatasan itu diperkenalkan pada hari Selasa. Pasukan junta mengancam akan melepaskan tembakan jika melihat dua orang laki-laki naik sepeda motor bersama-sama," kata seorang warga Meiktila yang enggan disebutkan namanya. mengutip The Irrawadddy 17 November.

Sementara itu, melansir Myanmar Now, pria dan wanita dapat berboncengan sepeda motor dengan sang pria yang menjadi pengemudia. Larangan tersebut juga dilaporkan tidak berlaku, jika satu atau lebih dari pria tersebut berusia lanjut.

Dalam sebuah video yang dibagikan secara online pada Hari Minggu, seorang pejabat yang mengendarai truk dengan pengeras suara memberi tahu penduduk di Kotapraja Meiktila, Wilayah Mandalay, aturan tersebut diberlakukan mulai Selasa, ketika sepeda pelanggar akan disita.

Konsekuensi pelanggaran aturan akan menjadi lebih parah pada Hari Kamis, ia menambahkan: "Kami ingin memperingatkan setelah 18 November, siapa pun yang melanggar peraturan ini akan ditembak dan ditangkap."

Juru bicara Junta Zaw Min Tun tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Padahal, aturan baru akan menyulitkan warga sipil yang bergantung pada sepeda motor untuk berkeliling dan untuk mata pencaharian mereka, kata seorang warga Meiktila.

"Polisi dan tentara bisa mengendarai sepeda motor dengan cara apa pun yang mereka inginkan. Saya bahkan pernah melihat tiga polisi mengendarai satu sepeda motor. Tidak adil jika mereka membuat aturan seperti itu untuk kami warga sipil," ujarnya.

"Pengemudi ojek dan orang-orang dari desa yang datang ke kota untuk berbelanja akan paling menderita," sambungnya.

"Mereka bahkan tidak lagi mempertimbangkan kesejahteraan rakyat. Mereka hanya melakukan apa pun yang mereka suka," sebut seorang pria dari Taungthar.

Untuk diketahui, pejuang perlawanan anti-junta, kadang-kadang mengendarai sepeda motor, telah melancarkan ratusan serangan di daerah perkotaan dalam beberapa bulan terakhir, membunuh administrator lokal, informan militer, polisi dan tentara dan meledakkan bahan peledak di kantor-kantor pemerintah.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.