Duga Ada Sabotase dalam Kebakaran Kilang Cilacap, PDIP: Masa Pengamanan Standar Internasional Kalah dengan Petir
Asap membubung ke langit dari tangki 36 T 102 yang terbakar di Kilang Pertamina Internasional RU IV Cilacap, Jawa Tengah, Minggu, 14 November (Foto: Idhad Zakaria/Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Fraksi PDIP di DPR menilai peristiwa kebakaran yang terjadi di area Kilang Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah, pada Sabtu, 13 November, harus menjadi pintu masuk untuk memeriksa dugaan adanya unsur kesengajaan. Sebab kasus kebakaran kilang di Cilacap setidaknya telah terjadi tujuh kali sejak tahun 1995.

Di tahun 2021 ini, Fraksi PDIP mencatat sudah terjadi 3 kali kebakaran. Pertama Balongan, kedua dan ketiga terjadi di Cilacap.

Anggota Komisi VII DPR Nasyirul Falah Amru, menduga ada unsur kesengajaan dalam kebakaran kilang yang berisi bahan bakar minyak jenis pertalite itu. Dia tak yakin kilang terbakar akibat Sambaran petir.

"Konon katanya, pengamanannya adalah standar internasional, standar internasional kalah dengan petir. Nah, ini semuanya irasional semua, kalau disampaikan bahwa itu adalah faktor petir. Jadi sabotase adalah hal yang mungkin dan sangat kita duga," ujar Nasyirul di Ruang Fraksi PDIP, Nusantara I Komplek Parlemen, Senin, 15 November.

Dia heran, sudah berulangkali terjadi kebakaran dan meminta dilakukan investigasi menyeluruh tetapi hingga kini Pertamina belum juga merealisasikan permohonan tersebut.

"Pada bulan Juni kemarin ketika Balongan terbakar, kilang Balongan terbakar, fraksi PDIP Perjuangan juga sudah meminta untuk melakukan investigasi secara menyeluruh. Tapi sampai sekarang itu tidak dilakukan," katanya.

"Kalau toh disampaikan sudah ketemu, karena petir kan begitu ya. Nah kemudian kondisinya, kok ya secara berurutan, dari Balongan di wilayah Jawa Utara, kemudian di selatan di Cilacap ini ada apa. Itu kerugian yang sangat luar biasa dan ini mengancam stabilitas negara kita," sambung Nasyirul.

Nasyirul mengungkapkan, sejak 2008 hingga 2021 kebakaran kilang minyak Pertamina sudah tercatat sebanyak 16 kali. Dia menyebut, perusahaan plat merah itu sama sekali tidak bertanggungjawab.

"Artinya dari kasus 16 kali kilang terbakar, Pertamina betul-betul tidak becus mengurus. Menginvestigasi pun juga tidak becus," tandas Nasyirul.