JAKARTA - Perdana Menteri Inggris Boris Johson mempertingatkan KTT iklim COP26 memiliki risiko kegagalan serius, lantaran negara-negara belum cukup menjanjikan untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celcius.
PM Johnson mengatakan, setelah dua hari pembicaraan pendahuluan dalam pertemuan para pemimpin dunia yang tergabung dalam G20, Ia mengakui hanya sedikit kemajuan yang dicapai untuk mencapai kesepakatan pembatasan kenaikan suhu global. Bahkan, Ia menyebut peluang keberhasilan hanya enam dari 10 skala penilaian.
"Saat ini, jangan ragu, kami tidak akan memukulnya dan kami harus jujur pada diri kami sendiri," sebut PM Johnson mengutip The Guardian 2 November, menyebut komitmen yang dibuat sejauh ini adalah "setitik air di lautan yang memanas dengan cepat".
PM Johnson menyebut, dari pertemuan negara-negara G20 akhir pekan lalu, hanya 12 negara yang berjanji untuk mencapai emisi nol bersih pada atau sekitar tahun 2050.
Sementara, beberapa negara kunci seperti China dan Arab Saudi, secara resmi hanya berjanji untuk memenuhi tujuan itu pada tahun 2060.
Inggris diketahui mengharapkan janji yang lebih jelas dari negara-negara untuk memenuhi janji emisi nol bersih pada tahun 2030, dengan para ahli memperingatkan bahwa emisi perlu dikurangi setengahnya pada tanggal ini, ketika saat ini mereka berada di jalur untuk meningkat sebesar 15 persen. Australia, misalnya, menetapkan target nol bersih 2050 baru minggu ini, tetapi tidak membuat komitmen utama untuk dekade ini.
Sebagai tuan rumah COP26, Inggris memiliki peran penting dalam mendorong dan menegosiasikan janji dari hampir 200 negara, dengan banyak negara berkembang berpendapat, negara maju memiliki tanggung jawab untuk berbuat lebih banyak karena mereka telah mendapat untung dari penyebab emisi historis.
Setelah para pemimpin bertemu selama dua hari ke depan, negosiator akan mengerjakan teks dengan harapan mencapai kesepakatan pada 12 November.
Mengenai prospek kesepakatan yang bertahan hingga 1,5 derajat Celcius, PM Johnson mengatakan, "Ini sulit dan tidak ada habisnya. Kita bisa melakukannya, atau kita bisa gagal pada pertengahan November."
Berbicara pada konferensi pers, PM Johnson mengatakan janji dari negara-negara untuk menurunkan emisi mereka harus lebih kuat. Para ahli percaya, agar 1,5 derajat Celcius memiliki peluang sukses, negara-negara juga perlu membuat janji pengurangan yang substansial dan bermakna pada tahun 2030.
Dia juga akan meminta janji untuk menghapus batubara secara bertahap, beralih ke kendaraan listrik, mengakhiri deforestasi dan keuangan, janji uang untuk membantu negara-negara berkembang menangani keadaan darurat iklim.
BACA JUGA:
"Negara-negara yang paling bertanggung jawab atas emisi [al] historis dan saat ini belum melakukan bagian yang adil dari pekerjaan mereka," terang PM Boris Johnson.
"Jika kita ingin mencegah COP26 gagal, maka itu harus berubah dan saya harus jelas, bahwa jika Glasgow gagal, maka semuanya gagal. Perjanjian Paris akan runtuh pada perhitungan pertam," sambungnya.
Untuk diketahui, pada Kesepakatan Paris yang dibuat tahun 2015, para pemimpin dunia berkomitmen untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celcius atau sedekat mungkin dengan 1,5 derajat Celcius.
Sementara, suhu rata-rata global telah meningkat sebesar 1,1 derajat Celcius sejak Revolusi Industri dan hanya pengurangan emisi yang ketat yang akan mencegah kenaikan itu mencapai 1,5 derajat Celcius,