Marak Pertentangan Hak Aborsi, Presiden Joe Biden Temui Paus Fransiskus di Vatikan

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden dijadwalkan akan bertemu dengan Pempimpin Gereja Katolik se-dunia Paus Fransiskus di Vatikan, Jumat pekan ini, di tengah pertentangan dan sengketa hak aborsi.

Pribadi penganut Katolik yang taat, Presiden Biden mengatakan secara pribadi menentang aborsi. Tetapi, tidak bisa memaksakan pandangannya sebagai pemimpin terpilih.

Ini menimbulkan kritik dari media Katolik dan uskup konservatif di Amerika Serikat, dengan beberapa mengatakan Presiden Joe Biden harus dilarang menerima komuni, sakremen utama iman.

Pada saat yang sama, para pendukung hak aborsi merasa ngeri dengan undang-undang baru Texas, yang memberlakukan hampir pelarangan total terhadap aborsi. Pemerintahan Presiden Biden telah menantang undang-undang tersebut, dengan Mahkamah Agung AS akan mengadili kasus tersebut Senin depan

Tidak diketahui apakah Biden dan Paus Fransiskus akan membahas aborsi dan perselisihan persekutuan pada pertemuan pribadi mereka pada Hari Jumat, yang pertama sejak Biden menjabat pada Januari.

Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan kepada wartawan pada Hari Selasa, kedua pria itu akan membahas perubahan iklim, migrasi dan ketidaksetaraan pendapatan.

"Jelas bahwa Paus tidak setuju dengan presiden tentang aborsi. Dia membuatnya sangat jelas," jelas Uskup Agung Baltimore, Uskup Agung William Lori kepada Catholic News Service, mengutip Reuters 27 Oktober.

Ditanya tentang debat komuni AS bulan lalu, Paus Fransiskus mengatakan kepada wartawan aborsi adalah "pembunuhan". Tetapi, dia juga mengkritik para uskup Katolik Amerika Serikat, lantaran menangani masalah ini dengan cara politik daripada cara pastoral.

Paus Fransiskus bersama Presiden Joe Biden di Gedung Putih, Amerika Serikat. (Wikimedia Commons/David Lienemann)

"Komuni bukanlah hadiah untuk yang sempurna. Komuni adalah hadiah, kehadiran Yesus dan Gereja-Nya," tegas Paus.

"Uskup harus menggunakan belas kasih dan kelembutan dengan politisi Katolik yang mendukung hak aborsi," sambungnya.

Sejak pemilihannya pada tahun 2013 sebagai Paus, Fransiskus mengatakan sementara Gereja harus menentang aborsi, masalah ini tidak boleh menjadi pertempuran yang menghabiskan banyak waktu dalam perang budaya yang mengalihkan perhatian dari hal-hal seperti imigrasi dan kemiskinan.

Terpisah, Jo Renee Formicola, seorang profesor ilmu politik di Seton Hall University di New Jersey, mengatakan pertemuan itu akan membantu Biden dalam perselisihannya dengan para uskup AS tentang aborsi, mengalihkan sorotan ke masalah keadilan sosial yang dimiliki kedua pria itu.

"Optik pertemuan paus dengan Biden pada dasarnya mengatakan kepada hierarki Amerika (Katolik): 'Dengar, orang ini dan saya memiliki agenda yang sama, Jangan berharap bahwa saya akan mengkompromikan ajaran saya tentang hal-hal seperti lingkungan dan imigrasi," tuturnya kepada Reuters dalam sebuah wawancara telepon.

Sebelumnya, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan dalam sebuah pernyataan pekan lalu, pertemuan itu akan mencakup "bekerja sama dalam upaya yang didasarkan pada penghormatan terhadap martabat manusia yang mendasar. Itu termasuk mengakhiri pandemi COVID-19 dan merawat orang miskin," paparnya.