Kapal Selam Nuklir USS Connecticut (SSN-22) Tabrak Objek Bawah Air di Laut China Selatan, AS Gelar Penyelidikan

JAKARTA - Amerika Serikat (AS) akan menggelar penyelidikan, terkait insiden yang dialami oleh salah satu kapal selam nuklir mereka, Kapal Selam Nuklir USS Connecticut (SSN-22) pekan lalu, kendati tidak ada korban serius.

Kapal Selam Nuklir USS Connecticut (SSN-22) yang termasuk dalam Kelas Seawolf menabrak objek di bawah air Laut China Selatan pada Sabtu 2 Oktober lalu, menurut dua pejabat pertahanan.

Sejumlah pelaut di kapal USS Connecticut terluka dalam kecelakaan itu, kata para pejabat. Tak satu pun dari cedera yang mengancam jiwa, menurut pernyataan dari Armada Pasifik AS. Tidak jelas apa yang mungkin ditabrak oleh kapal selam ini

"Kapal selam tetap dalam kondisi aman dan stabil. Pembangkit tenaga nuklir dan ruang angkasa USS Connecticut tidak terpengaruh dan tetap beroperasi penuh," kata pernyataan itu, mengutip CNN 7 Oktober.

"Insiden itu akan diselidiki," sambung pernyataan tersebut.

Kapal selam nuklir Amerika Serikat USS Connecticut (SSN-22). (Wikimedia Commons/U.S. Navy/Mass Communication Specialist 1st Class John M. Hageman)

Kendati demikian, Angkatan Laut AS tidak merinci insiden itu terjadi di Laut China Selatan, atau terjadi di perairan internasional di kawasan Indo-Pasifik.

Kecelakaan itu terjadi ketika ketegangan antara AS dan China meningkat karena serangan militer China ke Zona Integrasi Pertahanan Udara Taiwan (ADIZ).

Kapal Selam Nuklir USS Connecticut (SSN-22) beroperasi di perairan sekitar Laut Cina Selatan, ketika AS dan sekutunya telah melakukan unjuk kekuatan multinasional besar di wilayah tersebut, yang dikenal sebagai Carrier Strike Group 21.

Latihan yang sedang berlangsung melibat kapal kapal-kapal dari Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Australia, Kanada, dan Belanda, termasuk tiga kapal induk, berlatih di dalam dan di sekitar wilayah tersebut.

Untuk diketahu, Sabtu lalu 39 pesawat militer China, termasuk jet tempur dan pesawat angkut, memasuki ADIZ Taiwan, menyebabkan angkatan udara Taiwan mengerahkan jet dan mengerahkan rudal pertahanan udara untuk memantau pesawat. Dua hari kemudian, China mengirim 56 pesawat ke ADIZ Taiwan dalam waktu 24 jam, jumlah tertinggi sejak pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu mulai merilis jumlah tersebut secara publik tahun lalu.

"Kami sangat prihatin dengan aktivitas militer provokatif RRT di dekat Taiwan," ujar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kepada wartawan pada konferensi pers di Paris, Rabu, ketika ditanya tentang aktivitas China.

"Seperti yang kami katakan, aktivitas itu membuat ketidakstabilan. Ini berisiko salah perhitungan dan berpotensi merusak perdamaian dan stabilitas regional. Jadi, kami sangat mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan dan paksaan militer, diplomatik dan ekonomi yang diarahkan ke Taiwan," tandasnya.