Kongres Bahas Rekomendasi Penempatan Pasukan di Afghanistan, Gedung Putih: Bisa Perang dengan Taliban
JAKARTA - Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin menyebut kekalahan yang dialami tenatra Afghanistan dalam waktu singkat mengejutkan Pentagon, sementara Presiden Biden sempat diberi saran untuk mempertahankan sejumlah pasukannya, dengan risiko perang terbuka menghadapi Taliban.
Ini disampaikan oleh Menteri Austin yang dampingi sejumlah jenderal stafnya di hadapan Kongres Amerika Serikat (AS), Selasa kemarin.
Anggota parlemen Republik menuduh Presiden Joe Biden berbohong tentang rekomendasi dari militernya, terkait beberapa pasukan harus dipertahankan di Afghanistan.Presiden Biden menyebut frustrasi dengan penarikan kacau yang menyebabkan tentara tewas dan warga Amerika Serikat tertinggal di negara itu.
Tiga belas tentara AS juga tewas dalam serangan bom bunuh diri 26 Agustus yang mendukung upaya pengamanan, selama proses evakuasi di bandara Kabul, Afghanistan berlangsung di tengah deadline Taliban.
Jenderal Mark Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan dan Jenderal Marinir Frank McKenzie dari Komando Pusat AS (CENTCOM) juga mengakui lengah oleh kecepatan pengambilalihan Taliban dan runtuhnya pemerintah yang didukung AS di Kabul.
Itu adalah kesaksian publik pertama mereka di kongres sejak Taliban memenangkan perang pada Agustus.
"Fakta tentara Afghanistan yang latih dan mitra kami kalah begitu mudah, dalam banyak kasus tanpa melepaskan tembakan, mengejutkan kami semua," terang Menteri Austin, mantan jenderal bintang empat yang bertugas di Afghanistan, kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat, mengutip Reuters 29 September.
Sementara, Jenderal McKenzie dan Jenderal Milley bersaksi, mereka percaya akan lebih baik untuk mempertahankan minimal 2.500 tentara AS di Afghanistan. Namun, dalam sebuah wawancara bulan lalu, Presiden Biden membantah komandannya telah merekomendasikan hal tersebut. "Tidak. Tidak ada yang mengatakan itu kepada saya yang dapat saya ingat," sebut Presiden Biden.
Milley, perwira tinggi militer AS, mencatat peringatan militer sudah ada sejak akhir 2020, menyebut penarikan yang dipercepat dan tanpa syarat dapat memicu keruntuhan militer dan pemerintah Afghanistan.
"Itu setahun yang lalu. Penilaian saya tetap konsisten," tukas Milley.
Terpisah, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, Amerika Serikat berpotensi terlibat perang dengan Taliban, jika Washington tetap mempertahankan 2.500 tentaranya di negara itu.
Baca juga:
- Sidang Majelis Umum ke-76 PBB, Tidak Ada yang Berpidato Mewakili Afghanistan
- Tuduh Semua Batas Dilanggar, PM Naftali Bennett: Israel Tidak akan Biarkan Iran Memperoleh Senjata Nuklir
- Duta Besar Korea Utara Klaim Negaranya Memiliki Hak untuk Menguji Sistem Senjata
- Korea Utara Tembakkan Proyektil Tidak Dikenal ke Laut Timur
Psaki membuat komentar dalam upaya untuk mengklarifikasi perbedaan yang nyata antara desakan Presiden Joe Biden, tidak ada perpecahan di antara para penasihat militernya tentang penarikan itu, dengan pernyataan jenedral senior, militer AS ingin meninggalkan satu kontingen pasukan di negara itu.
"Kami akan berperang dengan Taliban," sebut Psaki jika Amerika Serikat tetap meninggalkan pasukannya di Afghanistan, setelah batas waktu penarikan pada 31 Agustus.