Taliban Rebut Kabul hanya Dalam 11 Hari, Ketua Kepala Staf Gabungan Militer AS: Tidak Ada Dalam Informasi Intelijen
Ilustrasi tentara Taliban. (Antara/Reuters/Parwiz/am)

Bagikan:

JAKARTA - Pasukan Amerika Serikat (AS) saat ini tidak memiliki kemampuan untuk membantu orang mencapai bandara Kabul untuk dievakuasi dari Afghanistan, karena mereka fokus untuk mengamankan lapangan terbang, kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin Rabu waktu setempat.

Ini disampaikannya seiring dengan kisruh yang terjadi di sekitar Bandara Kabul, Afghanistan, di mana orang berlomba untuk bisa mendapatkan penerbangan dan kelaur dari negara tersebut.

Kecepatan pasukan Taliban merebut kembali Afghanistan, ketika AS dan pasukan asing lainnya menarik diri setelah perang 20 tahun. Menyebabkan kekacauan di bandara dengan diplomat, warga asing dan warga Afghanistan mencoba melarikan diri tetapi mereka dihalangi oleh banyak pos pemeriksaan Taliban.

"Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk terus mencoba dan meredakan konflik, membuat jalan bagi mereka untuk sampai ke lapangan terbang. Saya tidak memiliki kemampuan untuk keluar dan memperluas operasi saat ini ke Kabul," kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin kepada wartawan di Pentagon, mengutip Reuters Rabu 18 Agustus.

Austin mengatakan Amerika Serikat tidak puas dengan berapa banyak orang yang dievakuasi.

"Jelas kami tidak dekat dengan tempat yang kami inginkan dalam hal mendapatkan angka," lanjut Austin.

Pasukan AS yang menjaga upaya evakuasi melepaskan beberapa tembakan ke udara semalam untuk mengendalikan kerumunan, tetapi tidak ada indikasi korban atau cedera, kata Pentagon sebelumnya pada Hari Rabu.

Austin mengatakan ada sekitar 4.500 personel militer AS di Kabul dan 'tidak ada interaksi permusuhan dengan Taliban, dan jalur komunikasi kami dengan komandan Taliban tetap terbuka.

Sementara itu, Presiden Joe Biden dalam sebuah wawancara dengan ABC News, membela penanganannya terhadap krisis, dengan mengatakan tidak ada cara untuk melakukan penarikan AS tanpa kekacauan yang terjadi.

Dia juga mengatakan, Taliban bekerja sama untuk saat ini dalam membantu mengeluarkan orang Amerika dari negara itu. Tetapi, ia mengaku mengalami kesulitan dalam mengevakuasi warga Afghanistan yang bersekutu dengan AS.

Presiden Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris, membahas cara-cara untuk mempercepat evakuasi warga Amerika dan pengungsi dari Afghanistan dengan tim keamanan nasionalnya pada Rabu, kata seorang pejabat Gedung Putih.

Presiden Biden tidak menjawab pertanyaan setelah menyampaikan pidato Gedung Putih tentang suntikan vaksin virus corona.

Terpisah, seorang diplomat tinggi AS kemarin mengatakan, Amerika Serikat mengharapkan Taliban mengizinkan warga Afghanistan yang ingin meninggalkan Afghanistan untuk pergi dengan selamat.

Mengenai cepatnya Taliban merebut Kabul dan pemerintahan, Ketua Kepala Staf Gabungan militer AS Jenderal Mark Milley mengatakan, tidak ada informasi intelijen yang menunjukkan bahwa pasukan keamanan Afghanistan dan pemerintah akan runtuh dalam 11 hari, seperti yang mereka lakukan.

Milley mengatakan, intelijen telah dengan jelas menunjukkan, beberapa skenario yang mungkin, termasuk pengambilalihan Taliban menyusul runtuhnya pasukan keamanan Afghanistan dan pemerintah, perang saudara atau penyelesaian yang dinegosiasikan.

"Kerangka waktu keruntuhan yang cepat, yang diperkirakan secara luas dan berkisar dari minggu ke bulan dan bahkan tahun setelah keberangkatan kami," ungkap Milley.

Baik Austin dan Milley, yang pernah bertugas di Afghanistan, mengakui bahwa pasukan dan veteran menganggap gambar-gambar dari evakuasi itu mengganggu.

"Saya mendengar pandangan yang kuat dari semua pihak tentang masalah ini, yang penting adalah bahwa kita masing-masing akan menyelesaikan ini dengan cara kita sendiri," tutup Austin.