JAKARTA - Beijing kembali menegaskan kesiapannya untuk menjalin hubungan diplomatik baru dengan Afghanistan di bawah Taliban, jika situasi di negara tersebut telah stabil dan ada jaminan mengenai toleransi dan penanggulangan terorisme.
Hal ini disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian, dalam keterangan persnya Rabu waktu setempat, seiring dengan keberhasilan Taliban menguasai kembali Afghanistan.
Taliban sukses memasuki Kabul, ibu kota Afghanistan dan menduduki istana kepresidenan pada Minggu 15 Agustus, membuat Presidehn Ashraf Ghani harus mengungsi, serta negara-negara asing mengevakuasi diplomat hingga warga sipilnya dari negara tersebut.
"Adalah mungkin untuk berbicara tentang apakah China akan membangun hubungan diplomatik baru dengan Afghanistan, hanya setelah pemerintahan yang toleran dan terbuka terbentuk di sana yang akan cukup mewakili kepentingan negara," ucap Zhao mengutip TASS 18 Agustus.
Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri China, posisi Beijing dalam masalah Afghanistan 'jelas dan tegas'.
"Kami akan menunggu dan mengakui pemerintahan baru setelah terbentuk," tambahnya.
Selain pemerintahan toleran dan terbuka, China pun berharap Taliban memberikan jaminan terhadap keselamatan dan hak-hak warga sipil, serta terlibat dalam perang melawan terorisme.
"Kami mengharapkan Taliban untuk memulai perang keras melawan terorisme, dan ini termasuk (melawan) Gerakan Islam Turkestan Timur," tukas Zhao.
BACA JUGA:
Zhao menggaris bawahi, Taliban seharusnya tidak mengizinkan kelompok ekstremis menggunakan tanah Afghanistan, untuk mengancam negara-negara tetangga.
"China akan terus, bersama dengan negara-negara lain, untuk mendukung proses perdamaian di Afghanistan. Taliban dan semua pihak terkait, harus memastikan keamanan penuh warga dan organisasi asing," pungkasnya.