Sejauh Mana Kemiripan Gibran dan Jokowi: dari Pengusaha, Gabung PDIP, sampai Jadi Kepala Daerah
JAKARTA - Pertemuan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka dengan ayahnya Presiden Joko WIdodo (Jokowi) jadi perbincangan. Pepatah buah tak jatuh jauh dari pohonnya memang benar adanya. Gibran begitu mirip dengan Jokowi wabilkhusus di ranah politik. Lantas sejauh mana kemiripan ini membawa Gibran melangkah?
Momen pertemuan terjadi usai Jokowi menghadiri pertemuan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MPRTNI) di Solo, Senin 13 September. Dalam video yang diunggah akun Berita Surakarta di Youtube terlihat, Gibran membuntuti Jokowi yang mulai meninggalkan UNS diikuti beberapa pejabat, termasuk Mendikbudristek, Nadiem Makarim.
Sampai di mobil, Jokowi tampak asyik berbicara dengan Nadiem dan deretan menteri. Gibran tetap berada di posisi belakang dan tampak serius memperhatikan pembicaraan Jokowi dan para menterinya.
Sikap Gibran yang dinilai bisa menempatkan diri banjir pujian. Ia dinilai bisa memosisikan dirinya ketika menjadi seorang anak dan sebagai pejabat di Surakarta.
Sama seperti anak presiden pada umumnya, Gibran adalah seorang tokoh yang tak bisa dipisahkan dari ayahnya. Apalagi, dari segi rekam jejak karir, langkah Gibran bak pinang dibelah dua dengan Jokowi.
Putra pertama Presiden Jokowi dan Iriana ini memulai karirnya sebagai pengusaha jasa boga bernama Chili Pari. Ia merintis usaha kuliner tersebut sejak Desember 2010.
Demi memperluas kualitas bahasa Inggris para karyawan lepas Chili Pari, ia mendirikan House of Knowledge. Sebuah rumah pendidikan yang melatih kualitas bahasa Inggris.
Pada 2015 Gibran bersama Kaesang Pangarep sang adik, berkolaborasi membuka usaha bersama lewat "Markobar" akronim dari Martabak Kota Baru. Sebuah usaha kuliner yang fokus berjualan martabak khas mereka berdua, delapan rasa andalannya. Berawal di kota Solo, kini Markobar diklaim telah memiliki 29 cabang di kota-kota besar Indonesia.
Bisnis bidang F&B Gibran semakin meluas. Bersama Kevin Susanto, Gibran lagi-lagi membuka rintisan startup bernama Goola. Sebuah versi modern dari minuman tradisional dengan 22 menu minuman. Usaha startup besutan Gibran bersama sang rekannya pun diberikan pendanaan senilai 5 juta dollar, atau setara Rp 70 miliar dari modal ventura Alpha JWC Features.
Darah wirausaha Gibran turun dari sang ayah Jokowi yang dikenal sebagai pengusaha furnitur. Jokowi bahkan sudah terbiasa mencari uang dengan bekerja di usia 12 tahun.
Menariknya, Jokowi baru benar-benar semangat fokus berbisnis setelah anak pertamanya, Gibran, lahir. Jokowi merintis usahanya sendiri lewat bendera PT. Rakabu, perusahaan ekspor industri kayu yang bermarkas di Solo, Jawa Tengah.
Mulai berpolitik
Setelah sukses mengembangkan usahanya yang berbasis ekspor, pada 2015 Jokowi pertama kali terjun ke dunia politik. Dirasa cukup 18 tahun berbisnis, Jokowi mencoba peruntungan dengan menerima pinangan PDI-P dan PKB dalam Pilkada Solo 2005.
Sementara Gibran punya jejak karir yang mirip dengan ayahanda. Seperti Jokowi, Gibran juga mengawali karir politiknya dengan bertarung di Pilkada Wali Kota Solo lewat parpol PDIP.
Tapi persamaan itu tak percis. Kalau Jokowi awalnya mulus dipinang oleh PDIP, debut politik Gibran lebih terjal. Ia disebut-sebut sempat bersitegang dengan Achmad Purnomo yang perlahan mulai digeser posisinya oleh Gibran sebagai calon potensial pengganti Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo atau yang dikenal F.X Rudyatmo.
Gibran sebetulnya sempat mengatakan kalau ia tak tertarik mengikuti jejak ayahandanya di politik. "Nggak, nggak tertarik (menjadi politikus),” ucap ayah dari Jan Ethes dan La Lembah Manah saat itu di bulan Agustus 2018 silam ketika peresmian outlet Sang Pisang dan Markobar di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.
Setidaknya sampai tahun berikutnya, di bulan Juli 2019 jawaban Gibran masih keukeuh senada: tak berminat menjadi politikus ataupun menginjak ranah perpolitikan nasional. Ketika hampir semua anak dari para presiden republik ini terjun ke dalam dunia politik, kecuali B.J Habibie. Gibran masih sama pandangannya, dunia politik tak begitu menarik ketimbang menjadi pengusaha. Ditambah pernyataan sang ayahnya sendiri, bahwa anak-anaknya tak mau berpolitik dalam waktu dekat.
Namun kehidupan itu dinamis. Sempat "tak mendapat restu" di tingkat DPC (Dewan Pengurus Cabang) partai kala hendak mencalonkan diri sebagai Wali Kota Solo, Gibran memutar naik ke tingkat DPD (Dewan Pengurus Daerah) Jawa Tengah. Lewat jalur DPD inilah akhirnya namanya lolos sebagai calon orang nomor satu di Solo.
Masa depan politik Gibran
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai kesuksesan karir politik Gibran di Solo adalah hasil karena dia sudah menerapkan ATM yakni amati, tiru, dan modifikasi. Karena sang Ayah sudah sukses menjadi presiden maka Gibran hanya tingga meniru saja.
"Kesuksesan itu kadang dilakukan dengan cara meniru. Dengan cara ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Jika ingin sukses ya ATM orang yang sudah sukses... Sambil disesuaikan dengan dinamika dan perkembangan politik yang terjadi saat ini," jelas Ujang dihubungi VOI.
Kemiripan jalan dan cara berpolitik Gibran dengan Jokowi menurut Ujang bukan hanya karena sekadar meniru, melainkan Gibran telah memodifikasi cara berpolitiknya dengan keadaan sekarang. "Telah termodifikasi dengan sendirinya. Karena politik selalu berubah. Dan strategi dan zaman yang dihadapi Jokowi dan Gibran beda."
Mungkin banyak yang berekspektasi tanjakan karir Gibran di politik bakal menyerupai ayahnya. Untuk itu Gibran sampai sekarang masih sering ditanyai mengenai minatnya untuk maju di Pilgud DKI Jakarta. Bahkan Gibran sempat ditanya dengan siapa bakal dipasangkan kalau seandainya jadi melaju di Pilgub DKI.
Namun Gibran menanggapi pertanyaan itu dengan berkelakar. "Saya pasangannya Pak Teguh... di Solo," kata Gibran, Rabu 15 September.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, disebut-sebut tengah menjajaki diri untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta pada 2024 mendatang. Hal ini mencuat setelah Gibran berangkat ke Jakarta untuk menerima penghargaan Top BUMD Awards 2021 dan memenuhi undangan acara donor darah dari PWNU DKI Jakarta.
Namun ia berkilah kedatangannya itu hanya memenuhi undangan dari PWNU DKI Jakarta saja. “Ora, wong teko (tidak, saya datang) tok undangan sebagai, mewakili keluarga besar Karang Taruna,” kilahnya.
Pengamat politik Ujang Komarudin menilai memang potensi Gibran untuk melangkah ke jenjang politik yang lebih tinggi itu cukup besar. Apalagi saat ini, ayahnya, Jokowi masih menjabat presiden.
"Potensinya besar. Apalagi ayahnya saat ini masih jadi presiden. Akan dihitung oleh lawan-lawan politiknya," kata Ujang.
*Baca Informasi lain soal POLITIK atau baca tulisan menarik lain dari Ramdan Febrian Arifin.
BERNAS Lainnya
Baca juga: