Keluh Kesah Pengungsi Kebakaran Kebon Kosong, Butuh Pampers Balita dan Minta Dibuatkan Rumah
JAKARTA - Sebanyak 55 Kepala Keluarga (KK) warga asli RT 014/05, Kelurahan Kebon Kosong, Kemayoran yang rumahnya ludes terbakar api masih mengungsi di SDN 09 Kemayoran. Warga berharap bantuan dari pemerintah dan swasta terus datang karena terdapat 17 balita yang sangat membutuhkan pampers.
Dari pantauan VOI di lokasi di pengungsian korban kebakaran Kebon Kosong, para pengungsi wanita dan pria dipisahkan dengan dua ruangan berbeda. Mereka ditempatkan di lantai bawah ruangan kelas milik siswa SD.
Di lokasi pengungsian itu, terpantau kurangnya pencahayaan lampu pijar dari Sudin Perindustrian Jakarta Pusat. Selain itu, warga juga kekurangan toilet portable sehingga mengharuskan warga mengantre panjang dengan hanya memanfaatkan fasilitas toilet sekolah.
Kemudian menurut sejumlah pengungsi, mereka belum mendapatkan bantuan obat-obatan. Saat ini bantuan hanya ada berupa makan siap saji tanpa adanya dapur umum.
"Pampers untuk balita dan untuk orang jompo sangat dibutuhkan disini," kata Atje (72) selaku Ketua RW 05 setempat kepada VOI di lokasi pengungsian, Senin 30 Agustus.
Atje mengatakan, di tempat pengungsian hanya ada 55 kepala keluarga yanng merupakan warga asli DKI Jakarta.
"Ada beberapa penduduk asli DKI berjumlah 55 KK, jiwanya 250 orang. Banyak juga warga yang ngontrak di lokasi kebakaran, sehingga mereka tidak ikut ke tempat pengungsian sini. Saat ini selain pampers, warga saya membutuhkan selimut dan alas tidur atau karpet," katanya.
Baca juga:
- Kebakaran Gang Swadaya Kemayoran Jakpus, 21 Mobil Damkar Dikerahkan
- Memalukan, Pensiunan Mayor Satuan Elite Pengawal Ratu Inggris Gelapkan 24 Kendaraan Lapis Baja
- Rumah Pejabat yang Ngaku Utusan Jokowi Digeledah, Polisi Temukan Ini
- Pangkas Pohon yang Dibeli dan Ditanamnya Sendiri, Pria Ini Didenda Rp310 Juta
Sementara Suharti (61) warga RT014 / 06, Kelurahan Kebon Kosong mengatakan, musibah kebakaran ini baru satu kali terjadi selama dirinya tinggal sejak lahir.
"Kebakaran awalnya dari aliran listrik. Warga engga tahu kalau aliran listrik ini korslet. Tahu-tahu dari tiang listrik ini api sudah penuh. Semua warga lari. Pas Magrib kita pada lari semua, itu merembet sampai jam 9 malam. Semuanya habis," kenangnya kepada VOI, Senin 30 Agustus.
Suharti berharap agar pihak PPKK mengizinkan kembali agar dapat membangun rumahnya.
"Saya mohon bantuan untuk bisa membangun rumah aja. Biar keluarga saya punya tempat tinggal seperti semula," harapnya.
Menurut Suharti, dirinya mengakui bahwa untuk mengontrak sudah tidak mampu.
"Buat makan sehari-hari aja, kondisi seperti ini gimana? Dagang juga engga bisa, ampe dibawa sama Pol PP. Saya pengennya dibuat rumah kembali lah," katanya.
Sementara Ganes, selaku perwakilan pemuda setempat menambahkan, dirinya membuka bantuan dalam bentuk apapun untuk warga.
"Bantuan berupa apapun kita bakal terima, terutama pakaian dan alat mandi serta makanan kebutuhan sehari-hari. Kita juga kekurangan pampers anak balita karena disini banyak anak balita, paud dan siswa SD," ujar pria Ketua Plt Karang Taruna RW 05 itu.