Wilayahnya Dua Kali Terkena Tembakan Artileri , China Keluarkan Peringatan Keras untuk Rezim Militer Myanmar
JAKARTA - Otoritas China protes keras dan mengajukan surat pengaduan kepada rezim militer Myanmar, setelah tembakan artileri dan tembakan dari Myanmar menghantam kota perbatasan China, Wanding di Provinsi Yunnan.
Insiden ini terjadi dua kali pekan lalu, di tengah pertempuran sengit antara pasukan rezim militer Myanmar melawan kelompok etnis bersenjata di utara. Negara Bagian Shan.
Dalam surat itu, pihak berwenang China mengatakan mereka sangat prihatin dengan insiden baru-baru ini, menggambarkannya sebagai pelanggaran perjanjian perbatasan China - Myanmar.
China juga memperingatkan rezim militer Myanmar bahwa jika peluru nyasar dan artileri mendarat di wilayah Tiongkok lagi, mereka tidak akan segan-segan untuk mengambil langkah yang diperlukan, karena kehidupan dan harta benda warganya terancam.
Foto-foto di WeChat menunjukkan pasukan China dikirim ke daerah perbatasan segera setelah insiden tersebut. Selain itu, Kementerian Luar Negeri Tiongkok memanggil Duta Besar Myanmar U Myo Thant Pe pada 5 Agustus, mendesak rezim untuk segera menghentikan pertempuran di daerah perbatasan.
Dalam surat itu, China menuntut agar Myanmar menyelidiki insiden tersebut dan memberi tahu Beijing tentang hasilnya sesegera mungkin. Menurut pihak berwenang China, sebuah peluru artileri mendarat di Wanding pada 4 Agustus.
Kemudian, peluru lainnya menghantam sebuah rumah pribadi di sana pada 6 Agustus, menyebabkan kerusakan pada bangunan dan ketakutan di antara penduduk setempat. Bentrokan terjadi di dekat gerbang perbatasan di Wanding, salah satu portal perdagangan utama antara kedua negara.
"Kami berharap Myanmar akan secara ketat mengikuti konsensus antara kedua negara, mengakhiri bentrokan dan bekerja sama untuk menjaga keamanan wilayah perbatasan China-Myanmar," tulis China dalam surat itu seperti mengutip The Irrawaddy Jumat 13 Agustus.
Menurut warga China di daerah perbatasan yang dikutip oleh media China, sejak awal Agustus, serangkaian bentrokan telah terjadi di dekat perbatasan di utara Negara Bagian Shan, dengan peluru dan artileri dari Myanmar cukup sering mendarat di China.
Menanggapi hal ini, rezim militer Myanmar mengatakan insiden itu terjadi selama bentrokan setelah Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), melancarkan serangan terhadap konvoi militer di daerah Kyukoke-Panseng yang mengklaim peluru artileri dan peluru ditembakkan oleh MNDAA, menurut pernyataan militer yang bocor.
Dikatakan dalam sebuah pernyataan, militer tidak melanggar perjanjian perbatasan, menambahkan rezim militer Myanmar akan menyerang etnis bersenjata bersenjata yang mengancam kehidupan masyarakat dan stabilitas daerah perbatasan.
Surat tersebut juga mendesak China untuk berkolaborasi dengan kegiatan militer Myanmar, untuk memerangi kelompok bersenjata dan mencegah mereka menduduki pangkalan di daerah perbatasan.
Baca juga:
- Hadapi Amerika Serikat, Korea Utara Tingkatkan Kerja Sama dengan Rusia
- Digigit Wali Kota Nagoya, Medali Emas Olimpiade Tokyo Milik Miu Goto Diganti Baru
- Sayangkan Insiden Diplomat Nigeria, Kementerian Luar Negeri Kirim Dua Dirjen Temui Dubes Nigeria
- Ditentang Presiden Bolsonaro, Senat Brasil Setujui RUU yang Berpotensi Melanggar Hak Paten
Pada awal Agustus, ratusan warga sipil dari sub-kotamadya Kyukoke-Panseng dan Mongkoe terpaksa meninggalkan rumah mereka, setelah bentrokan pecah antara pasukan rezim di satu sisi, melawan MNDAA dan Tentara Kemerdekaan Kachin di sisi lain.
Terpisah, MNDAA mengatakan pihaknya melancarkan serangan terhadap pasukan rezim, setelah militer Myanmar memasuki wilayah di mana anggota Aliansi Utara aktif.
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.