Kabar Duka, Australia Catat Rekor Kasus Infeksi COVID-19 Tertinggi 16 Bulan Terakhir
JAKARTA - Kabar duka datang dari Australia, saat negara tersebut melaporkan rekor kasus infeksi harian COVID-19 tertinggai dalam 16 bulan terakhir di Negara Bagian New South Wales.
Kondisi ini membuka peluang pembatasan ketat yang akan berakhir pada 30 Juli mendatang di negara tersebut, akan diperpanjang kembali, berbanding terbalik dengan tetangganya Negara Bagian Victoria yang bersiap mencabut pembatasan.
Lebih dari setengan populasi Negeri Kangguru yang berjumlah 26 juta orang telah mengalami pembatasan ketat beberapa pekan terakhir, seiring dengan wabah varian Delta COVID-19 di ibu kota New South Wales, Sydney dan menyebar ke tiga negara bagian yang berbatasan langsung.
Di New South Wales, otoritas kesehatan setempat melaporkan 172 kasus COVID-19 dalam 24 jam terakhir, tertinggi dalam 16 bulan terakhir dengan 60 di antaranya menghabiskan waktu di masyarakat. Sehari sebelumnya, negara bagian ini melaporkan 145 kasus infeksi.
Perdana Menteri New South Wales Gladys Berejiklian mengatakan, keputusan mengenai pembatasan akan diperpanjang atau tidak akan diambil pekan ini. Namun, dengan kurang dari 13 persen populasi negara bagian ini yang sudah divaksinasi, pembatasan kemungkinan akan diperpanjang.
"Kami tahu, kami telah bekerja keras selama lima minggu dan kami tidak ingin menyia-nyiakan semua pekerjaan baik yang telah kami lakukan, dengan membuka terlalu dini dan kemudian virus menyebar lagi," tutur Berejiklian pada konferensi seperti mengutip Reuters Selasa 27 Juli.
Berbeda dengan New South Wales, negara bagian tetangga Victoria yang sempat dalam pembatasan ketat sejak 15 Juli, berencana mencabut sebagian besar pembatasan mulai Rabu esok, setelah hanya mencatat 10 kasus infeksi dalam orang yang sudah dikarantina.
"Secara keseluruhan, ini adalah hari yang baik," kata Perdana Menteri Negara Bagian Victoria Daniel Andrews kepada wartawan di Melbourne.
5 juta penduduk Victoria sekarang akan diizinkan meninggalkan rumah dengan bebas dan sekolah akan dibuka kembali, meskipun rumah tangga tidak akan diizinkan menerima pengunjung.
Terpisah, Australia Selatan juga mengumumkan rencana pencabutan penguncian pada Rabu esok, setelah mencatat nol kasus infeksi baru COVID-19 dalam 24 jam terakhir.
Pembatasan selama beberapa minggu terakhir, meningkatkan peluang Australia mencatat resesi kedua dalam beberapa tahun terakhir, meski Menteri Keuangan Josh Frydenberg menyebut terlalu dini untuk membicarakan resesi.
Kendati, pekan lalu Frydenberg memperkirakan ekonomi Australia akan menyusut sebesar 2 triliun dola Australia atau sekitar 1,5 triliun dolar Amerika Serikat, dengan pembatasan menelan biaya sebesar 300 juta dolar Australia per hari.
Baca juga:
- Presiden Tunisia Kais Saied Bantah Tudingan Melakukan Kudeta
- Arab Saudi Buka Kembali Umrah Internasional, Ini Syarat untuk Jemaah Indonesia
- Khawatir Varian Delta, Gedung Putih Sebut AS Tidak akan Mencabut Pembatasan Perjalanan
- Banjir Henan, China: Jumlah Korban Tewas Menjadi 69, Layanan Fasilitas Publik Mulai Pulih
Untuk diketahui, pelacakan kontak yang cepat, aturan jarak sosial yang ketat, dan penguncian telah membantu Australia menjaga angka COVID-19 tetap rendah sepanjang tahun lalu hingga awal tahun ini.
Melansir Worldometers, Australia mencatat total kasus infeksi COVID-19 sebanyak 33.266 kasus, dengan 184 dinyatakan meninggal, serta 992 angka kematian dan 29.856 orang dinyatakan sembuh.