Bagikan:

JAKARTA - Meski Indonesia masih terjebak dalam resesi yang ditunjukan oleh pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021 yang terkontraksi tumbuh minus 0,74 persen secara tahunan, namun pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) optimistis laju perbaikan terus terjadi.

 

“Harus kita tekankan bahwa ini kerja keras kita bersama. Pemerintah iya, masyarakat jelas iya. Ini bisa terjadi karena kita bisa menjaga kondisi COVID-19 itu tetap rendah kasusnya,” ungkap Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu dalam keterangan resmi seperti yang dikitip pada Sabtu, 8 Mei.

 

Menurut dia, tren pemulihan berjalan sesuai dengan yang pemerintah harapkan dan tentunya karena masyarakat melaksanakan protokol kesehatan. Sebagai contoh dari sisi jumlah orang bekerja. 

 

Dia mencatat jika jumlah pencari kerja meningkat 1,59 juta orang, sedangkan jumlah orang yang bekerja bertambah 2,61 juta orang, lebih cepat tumbuh dari jumlah orang yang mencari kerja.

 

Febrio menjelaskan, sebagai upaya pemerintah untuk mendorong penciptaan lapangan kerja, pengeluaran APBN untuk Kartu Prakerja yang dilakukan oleh pemerintah sesuai bahkan melebihi target. Dari target untuk 2 juta orang, terealisasi 5,5 juta orang di 514 Kabupaten/Kota.

 

Selain itu, pemerintah terus mengoptimalkan peningkatan konsumsi. PPN dan PPnBM yang ditanggung pemerintah menyebabkan kenaikan penjualan kendaraan. Program Harbolnas juga mendorong konsumsi masyarakat dan memutar roda perekonomian. Pemerintah optimis pemulihan ini akan terus berlanjut di kuartal-kuartal berikutnya. 

 

“Kuartal II kita memang cukup optimistis bahwa melanjutkan pemulihan ini dan juga program pemulihan ekonomi nasional yang terus kita dorong. Harapannya nanti menghasilkan yang kita harapkan di kuartal II dan seterusnya,” kata Febrio. 

 

Seperti yang diberitakan VOI sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengkonfirmasi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada sepanjang kuartal I 2021 masih dalam jalur kontraksi dengan catatan minus 0,74 persen secara year-on-year (y-o-y) dibandingkan dengan periode yang sama 2020.

 

Adapun, konsumsi rumah tangga menjadi sumber kontraksi terdalam dengan minus 1,22 persen.

 

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan torehan pada tiga bulan pertama tahun ini lebih rendah dari kuartal IV 2020 (quarter-to-quarter/q-t-q) dengan 0,95 persen.

 

“Meski demikian jika kita melihat dari periode kuartal II 2020, tren perbaikan sudah mulai terlihat. Ini menunjukan bahwa tanda pemulihan ekonomi semakin jelas,” ujarnya dalam konferensi pers yang disiarkan secara virtual, Rabu, 5 Mei.

 

Suhariyanto menambahkan, secara struktur pembentukan produk domestik bruto (PDB) aktivitas ekonomi pada trimester pertama tahun ini tidak berubah dengan 64,5 persen diantaranya berasal dari lima sektor utama, yakni industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan.

 

“Sehingga, apa yang terjadi pada kelima sektor ini akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi kita,” tuturnya.

 

Terlebih, sambung Suhariyanto, jumlah tenaga kerja pada lima bidang tersebut sangat banyak. Khusus untuk sektor pertanian, Kepala BPS mengatakan bahwa sektor ini selalu tumbuh di level positif selama periode 2020 hingga saat ini.

 

“Dan kembali pada triwulan I 2021 ini pertanian bisa tumbuh sebesar 2,95 persen. Tentunya ini sangat menggembirakan, mengingat sekitar 30 persen dari tenaga kerja Indonesia bekerja pada bidang ini,” jelasnya.