Gaji Tidak Dibayar, Pelobi Rezim Militer Myanmar Mantan Intel Israel Pilih Berhenti Kerja
JAKARTA - Seorang pelobi Israel-Kanada yang disewa oleh para pemimpin rezim militer Myanmar yang berkuasa, untuk mewakili mereka di Washington dan ibu kota lainnya untuk menghentikan pekerjaannya.
Dalam pengumuman yang disampaikan pada Rabu 14 Juli kemarin, Ari Ben-Menashe memutuskan untuk menghentikan pekerjaannya dengan rezim, lantaran sanksi terhadap Myanmar membuat Negeri Seribu Pagoda itu tidak bisa menggajinya.
Ari Ben-Menashe dan perusahaannya yang berbasis di Montreal, Dickens & Madson Canada pada Bulan Maret menandatangani perjanjian senilai 2 juta dolar Amerika Serikat (AS) dengan seorang jenderal top, mengajukan dokumen lobi asing ke Departemen Kehakiman AS.
Mantan pejabat intel Israel tersebut berjanji untuk membantu negara-negara Barat, agar bisa memahami para jenderal yang merebut kekuasaan di Myanmar dalam kudeta pada 1 Februari lalu.
Ben-Menashe mengatakan pada saat itu, dia akan menerima pembayaran setelah sanksi dicabut. Keputusannya bekerja sama dengan militer Myanmar, ia berisiko melanggar sanksi AS yang dijatuhkan kepada para jenderal tinggi, kata pakar hukum.
Sanksi terhadap para pemimpin militer sudah ada, tetapi Washington telah meningkatkan tindakan terhadap mereka dan perusahaan militer karena pasukan keamanan Myanmar menangani protes anti-kudeta dengan tindakan brutal.
Pada Hari Rabu, Ben-Menashe mengatakan melalui telepon dia tetap berhubungan baik dengan para jenderal rezim militer Myanmar, tetapi pekerjaannya 'berhenti' karena dia tidak bisa menerima pembayaran akibat sanksi terhadap Myanmar.
Ben-Menashe mengatakan dia memberi tahu para pemimpin militer tentang penghentian itu bulan lalu. Ini pertama kali dilaporkan oleh Foreign Lobby Report pada Hari Selasa.
"Kami tidak bisa dibayar. Itu menjadi sangat mahal," kata Ben-Menashe, mengutip Reuters Kamis 15 Juli.
Selama bekerja untuk para jenderal, Ben-Menashe membantu mengatur kunjungan seorang reporter CNN ke Myanmar. Dia menolak menjelaskan secara rinci tentang pekerjaannya yang lain untuk para jenderal, selain menggambarkannya sebagai 'kemanusiaan'.
Untuk diketahui, rezim militer Myanmar mencoba untuk meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat dan negara-negara barat lainnya. Untuk keperluan tersebut, rezim militer Myanmar menggandeng mantan pejabat intelijen militer Israel, Ari Ben-Menashe yang berpengalaman mewakili Perdana Menteri Zimbabwe Robert Mugabe hingga penguasa militer Sudan.
Baca juga:
- Rezim Militer Tambah Empat Tuduhan Korupsi: Aung San Suu Kyi Hadapi 10 Kasus, Terancam 75 Tahun Penjara
- Myanmar Cetak Rekor Infeksi Harian, Rezim Militer Akui Kesulitan Hadapi COVID-19
- Bentrok Senjata dengan Aliansi PDF dan Etnis Bersenjata KIA, 180 Tentara Rezim Militer Myanmar Tewas
- Bentrok Bersenjata di Kawlin, Lebih dari 40 Tentara Rezim Militer Myanmar Tewas
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.