Gabung Pemerintah Persatuan Nasional, Lebih dari 8.000 Tentara dan Polisi Membelot dari Rezim Militer Myanmar
Pemimpin rezim militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing. (Wikimedia Commons/Mil.ru)

Bagikan:

JAKARTA - Lebih dari 2.000 tentara dan 6.000 petugas polisi kini telah bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM), melawan rezim militer Myanmar yang melakukan kudeta 1 Februari, menurut sebuah kelompok yang membantu para pembelot.

Kelompok Pyi Thu Yin Khwin, atau Pelukan Rakyat mengatakan, mereka memperkirakan jumlah itu akan terus bertambah dalam beberapa bulan mendatang, dan pembelotan itu membebani angkatan bersenjata rezim.

"Kami telah melihat begitu banyak orang di dalam militer mulai kehilangan kepercayaan pada dewan militer, setelah kegagalan politik dan diplomatik mereka yang berulang di hadapan masyarakat internasional," kata Kapten Lin Htet Aung, seorang pembelot militer dan anggota pendiri kelompok tersebut, dikutip dari Myanmar Now 2 Desember.

"Oleh karena itu, aman untuk mengharapkan lebih banyak perwira militer untuk bergabung dalam gerakan kami," tambahnya.

Mereka yang telah meninggalkan Tatmadaw (rezim tentara Myanmar) termasuk setidaknya 10 mayor tentara, serta ratusan letnan dan kapten, tambah Kapten Lin, yang membantu pembelot tentara untuk melakukan kontak dengan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) bawah tanah.

Tak hanya sampai di sana, Kapten Lin juga menyebut beberapa pembelot akan mengangkat senjata melawan rezim militer Myanmar. Pyi Thu Yin Khwin telah membentuk sebuah komite di bawah NUG untuk membantu para pembelot mengamankan akomodasi dan memberi mereka keamanan.

militer myanmar
Ilustrasi pasukan rezim militer Myanmar. (Wikimedia Commons/Mil.ru)

Pada Hari Senin, komite mengadakan konferensi virtual yang dihadiri oleh penjabat Presiden NUG Duwa Lashi La, serta Perdana Menteri Mahn Win Khaing Than dan para pemimpin NUG lainnya. Sebuah organisasi bernama Pyi Thu Sitthar, atau Tentara Rakyat, juga hadir.

Ada juga sejumlah tentara yang membantu CDM dari dalam militer dengan mengirimkan intelijen, kata Lin Htet Aung. Selain itu, ada lebih dari 100 'semangka' di militer Myanmar, yang disebut demikian karena dianggap hijau di luar dan merah di dalam, hijau mewakili militer dan merah mewakili revolusi.

"Ada organisasi kecil di dalam tentara itu yang mengirimi kami informasi tentang sistem administrasi militer dan tindakan militer," ungkap Kapten Lin Htet Aung.

Dia menambahkan, penting untuk mengawasi pembelot karena ada juga orang-orang dalam gerakan CDM yang mengirimkan intel ke militer.

Pembelotan, bersama dengan korban berat yang ditimbulkan pada tentara oleh pejuang perlawanan, kemungkinan akan mengganggu rasa persatuan di dalam militer, kata Lin Htet Aung. Karena tentara yang berangkat menciptakan pembagian tugas yang tidak merata, dengan kekuatan administratif junta yang melemah.

Militer telah menderita jumlah korban yang sangat tinggi dibandingkan dengan pejuang perlawanan, sedemikian rupa sehingga harus menggunakan senjata berat dan helikopter melawan pejuang yang dipersenjatai dengan senjata dasar, kadang-kadang sedikit lebih dari senapan.

rezim militer myanmar
Ilustrasi militer Myanmar. (Twitter/@MyatWutYeeAung1)

Militer belum berkomentar secara terbuka tentang pembelotan dari jajarannya. Sementara, Yee Mon, menteri pertahanan NUG, mendesak tentara junta untuk berhenti melayani para jenderal dan berpihak pada orang-orang yang pajaknya membayar gaji mereka.

Untuk diketahui, pasukan perlawanan di Karenni dan Chin telah menawarkan hadiah uang tunai kepada tentara dan polisi yang membelot.

Perkiraan tentang jumlah tentara di militer Myanmar berkisar dari 250.000 hingga 400.000 di seluruh angkatan darat, angkatan laut dan udara. Sementara untuk polisi, diperkirakan ada 90.000 petugas polisi di seluruh negeri sebelum pembelotan dimulai.

Ada tanda-tanda bahwa junta merasakan tekanan dari korban dan pembelotan di beberapa daerah. Di Katha Township, militer telah mencoba untuk mempekerjakan pensiunan tentara untuk bertindak sebagai bala bantuan, menurut seorang pensiunan tentara yang berbasis di daerah tersebut.

Brigadir Jenderal Phyo Thant, komandan Komando Barat Laut di Kotapraja Monywa Wilayah Sagaing mengadakan pertemuan dengan para pensiunan tentara di kotapraja pada tanggal 5 Oktober.

Untuk diketahui, ada sekitar 10.000 pensiunan perwira militer dan dua juta pensiunan tentara dari pangkat lain di Myanmar, menurut data Agustus 2017 dari situs web Pensiunan Tentara Myanmar.