Mayoritas Masyarakat Rusia Tak Percaya Vaksin Sputnik V, Terancam Dipecat Jika Tolak Vaksinasi

JAKARTA - Otoritas Moskow terus melakukan berbagai upaya untuk menekan kasus infeksi COVID-19 yang beberapa waktu belakangan melonjak di ibukota tersebut.

Salah satu caranya dengan 'mewajibkan' vaksinasi COVID-19 yang bersifat sukarela. Ini merujuk pada fakta masih rendahnya tingkat vaksinasi di kota tersebut.

"Vaksinasi tetap bersifat sukarela," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Kendati disebut sukarela, mereka yang menolak vaksin COVID-19 terancam kehilangan pekerjaannya, seperti mengutip CNN Selasa 29 Juni. 

Dihadapkan dengan tingkat vaksinasi yang sangat rendah, pihak berwenang Moskow lebih dari seminggu lalu mengumumkan, sedikitnya 60 persen staf di industri jasa, mulai dari katering, perumahan dan transportasi, harus sudah divaksinasi minimal dengan satu dosis paling lambat 15 Juli. 

"Jika warga Moskow bekerja di sektor jasa dan dia harus mendapatkan vaksin tetapi dia memilih untuk tidak divaksinasi, dia harus berhenti bekerja di sektor jasa. Tapi, jika dia mau, dia bisa mencari pekerjaan di tempat lain yang tidak berhubungan dengan daerah di mana wajib vaksinasi," paparnya.

Tak hanya pekerja, pemilik tempat kerja atau usaha juga terancam dijatuhi denda, jika tidak dapat memenuhi target vaksinasi karyawan atau pekerjanya sesuai ketentuan.

Ilustrasi Lapangan Merah di Moskow, Rusia. (Wikimedia Commons/Adam Baker)

Mulai Senin, orang-orang di Moskow diharuskan menunjukkan bukti vaksinasi, hasil tes PCR negatif atau bukti telah sembuh dari COVID-19 dalam enam bulan terakhir, untuk diizinkan masuk ke kafe dan restoran di kota.

Lonjakan kasus COVID-19 di Rusia beberapa waktu belakangan, membuat otoritas berwenang secara rutin memberikan pembaruan rutin di televisi hingga media sosial. Kemarin, Rusia mencatat rekor kematian harian akibat COVID-19 sebanyak 652 orang,

"Selama seminggu terakhir, kami telah memecahkan rekor baru untuk jumlah rawat inap, orang dalam perawatan intensif, dan jumlah kematian akibat virus corona," sebut Walikota Moskow Sergey Sobyanin Senin lalu, menurut kantor media pemerintah RIA Novosti.

Hingga Senin, sebanyak 23 juta orang di Rusia telah divaksinasi dengan setidaknya satu dosis, kata menteri kesehatan kepada media pemerintah. Sementara, sekitar 16,7 juta orang telah mendapatkan kedua suntikan tersebut, menurut angka yang dirilis oleh pemerintah pekan lalu, atau sekitar 11 persen. 

Untuk meningkatkan angka ini, Kepala Pengawas Kesehatan Masyarakat Rusia Rospotrebnadzor Anna Popova mengatakan, vaksinasi wajib dapat diperkenalkan di wilayah lain Negeri Beruang Merah jika diperlukan.

Terlebih, warga Rusia juga ragu-ragu dengan vaksin Sputnik V buatan dalam negeri. Sebuah survei yang diterbitkan bulan lalu oleh lembaga jajak pendapat independen Levada-Center menunjukkan 62 persen orang Rusia tidak mau divaksinasi dengan Sputnik V.

"Ada krisis kepercayaan masyarakat terhadap institusi politik dan medis. Tidak ada informasi yang jelas dan transparan tentang proses vaksinasi, sehingga mencari cara untuk menyiasati sistem tersebut," tutur antropolog sosial dan peneliti di universitas RANEPA Moskow Alexandra Arkhipova kepada CNN.

Untuk diketahui, melansir Worldomters, Rusia mencatat total kasus infeksi COVID-19 5.514.599 dengan total kematian mencapai 135.214 dan 5.000.393 pasien sembuh hingga Rabu 30 Juni.