Guru-Guru di Rusia Tolak Disuntik Vaksin Sputnik V
Vaksin Sputnik V (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah serikat kecil guru independen di Rusia mendesak pemerintah agar anggotanya tidak dipaksa menerima suntikan vaksin COVID-19, Sputnik V. Beberapa klinik di Moskow, pekan lalu mulai menerima pasokan Sputnik V. Vaksin tersebut telah disetujui untuk digunakan di Rusia meskipun tes fase III yang melibatkan 40 ribu orang baru dimulai pekan lalu.

Mulai September, dokter dan guru akan jadi yang pertama ditawari suntikan Sputnik V secara sukarela. Aturan tersebut sangat didukung oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. 

Dengan pembukaan kembali sekolah di Rusia pada 1 September untuk pertama kalinya sejak Maret, serikat guru Uchitel telah meluncurkan petisi daring. Petisi tersebut menolak kewajiban vaksin bagi guru sebelum semua uji klinis selesai.

"Kemungkinan kepala sekolah akan berada di bawah tekanan agar semua orang divaksinasi," kata petisi tersebut, dikutip Reuters, Rabu, 2 Desember.

Uchitel hanya mewakili sekitar 700 dari 1,2 juta guru sekolah di Rusia, kata seorang pejabat senior serikat. Tetapi dikatakan hampir 1.400 orang telah menandatangani petisinya.

Kementerian Kesehatan Rusia mengatakan vaksinasi bagi guru akan bersifat sukarela. Namun Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan suntikan vaksin yang wajib adalah bagi personel militer.

Kantor Wali Kota Moskow mengatakan setiap penyuntikan vaksin akan dilakukan atas dasar sukarela. Pejabat Wali Kota Moskow juga mengatakan "tidak ada tekanan pada sekolah dan oleh karena itu, tidak ada tindakan hukuman terhadap guru" jika enggan dvaksinasi.

Uchitel adalah satu-satunya serikat guru yang diketahui telah mengeluarkan petisi semacam itu. Tetapi, ketua bersama Uchitel, Marina Baluyeva, seorang guru bahasa Inggris dari St Petersburg, membuat kesamaan sukarela penyuntikan vaksin dengan kegiatan sukarela staf guru untuk membantu melakukan pekerjaan bersih-bersih.

Pekerjaan ini bersifat sukarela dalam teori. Tetapi guru yang menolak untuk melakukan pekerjaan tersebut bisa mendapat masalah.

Satu sekolah di Moskow telah menawarkan suntikan sukarela kepada departemen yang terdiri dari 80 guru. Salah satu guru itu, Larisa Ivanovna, mengatakan bahwa 20 orang telah mendaftar untuk vaksinasi tetapi keputusannya untuk melakukannya didorong oleh ketakutannya akan kehilangan pekerjaan.

“Saya takut mengambil risiko vaksin yang belum teruji,” kata Dmitry Kazakov, seorang guru sejarah yang menandatangani petisi Uchitel dan tetap waspada meskipun atasannya belum memintanya untuk melakukan suntikan. 

“Terkadang Anda mendapatkan tawaran yang tidak bisa Anda tolak.” katanya. 

Rusia adalah negara pertama yang melisensikan vaksin COVID-19. Mereka menamakan vaksin buatannya Sputnik V sebagai penghormatan satelit pertama di dunia, yang diluncurkan oleh Uni Soviet. 

Para pakar kesehatan memperingatkan bahwa sebaiknya vaksin tidak digunakan sampai semua pengujian disetujui secara internasional dan langkah-langkah peraturan telah diambil. Namun Pemerintah Rusia menepis kritik seperti itu dan menjadi perang informasi.