Terungkap, Konspirasi Pengacara Trump Desak Ukraina Umumkan Penyelidikan Dua Tuduhan Terhadap Biden

JAKARTA - Peran mantan pengacara Donald Trump Rudy Giuliani dalam upaya memaksa Ukraina menyelidiki tuduhan kriminal tak berdasar terhadap Joe Biden, jelang kontestasi Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2020 lalu kian terungkap. 

Melansir CNN Selasa 8 Juni, dalam rekaman telepon berdurasi 40 menit yang diperoleh CNN, Giuliani secara aktif meminta agar Pemerintah Ukraina di bawah Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyelidiki tuduhan korupsi Joe Biden di Ukraina. Untuk selanjutnya membuat pengumuman terkait hal tersebut. 

Dalam rekaman yang berlangsung pada Juli 2019 itu, Giuliani berbicara dengan diplomat Amerika Serikat Kurt Volker dan Andriy Yermak, penasihat senior Zelensky.

Tak hanya soal tuduhan korupsi tak berdasar, dalam panggilan telepon tersebut Giuliani juga mendesak Ukraina menyatakan bakal menggelar penyelidikan, terkait tudingan keterlibatan Ukraina dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat pada tahun  2016 

"Yang kami butuhkan dari Presiden [Zelensky] adalah mengatakan, saya akan menugaskan jaksa yang jujur, dia akan menyelidiki dan menggali bukti, yang saat ini ada dan apakah ada bukti lain tentang keterlibatan Pemilu 2016, dan kemudian masalah Biden harus dijalankan," kata Giuliani.

Rekaman baru ini menunjukkan bagaimana Giuliani secara agresif membujuk Ukraina untuk melakukan penawaran Trump. Dan itu merusak pernyataan Donald Trump yang sering diulang, 'tidak ada quid pro quo', di mana Zelensky dapat memperoleh dukungan Pemerintah AS jika dia melakukan bantuan politik untuk Trump.

Rekaman ini bisa menjadi salah satu jalan pembuka, setelah bertahun-tahun Trump berupaya merusak nama Biden dan memengaruhi proses Pemilihan Presiden tahun 2020 dengan meminta campur tangan asing, berbohong tentang penipuan perolehan suara, hingga puncaknya adalah serangan di Capitol Hill, Washington D.C pada 6 Januari lalu. 

FBI bersama badan intelijen AS tengah melakukan penyelidikan terkait rekaman ini. Selain itu, intelijen Amerika Serikat (AS) juga menemukan kemungkinan campur tangan Presiden Rusia Vladimir Putin, untuk memengaruhi hasil Pemilu AS 2020 dan memenangkan Donald Trump, dalam laporan yang dikeluarkan Selasa 16 Maret waktu setempat.

Dalam laporan setebal 15 halaman yang dikeluarkan oleh Kantor Direktur Intelijen Nasional, sejumlah orang dekat Trump 'bermain' dengan Moskow untuk memperkuat klaim yang dibuat terhadap calon Joe Biden oleh tokoh-tokoh Ukraina yang terkait dengan Rusia di menjelang pemilihan 3 November.

Temuan tentang peran Putin kemungkinan akan mendapat perhatian khusus Amerika Serikat, mengingat kesimpulan laporan itu bahwa tokoh-tokoh yang didukung Rusia seperti anggota parlemen Ukraina Andriy Derkach, mendaftarkan tokoh politik AS yang tidak disebutkan namanya dalam kampanye mereka untuk mencoreng Biden dan putranya Hunter.

Laporan tersebut menyebut Derkach, yang bertemu dengan pengacara Trump, Rudy Giuliani pada 2019, sebagai seseorang yang pergerakannya dilacak, jika tidak diarahkan, oleh Putin.

"Putin memiliki kewenangan atas aktivitas Andriy Derkach," kata laporan itu, seperti melansir Reuters 17 Maret.

Untuk diketahui, Giuliani merupakan mantan Wali Kota New York, mulai mewakili Trump pada April 2018 sehubungan dengan penyelidikan Penasihat Khusus Robert Mueller, mengenai campur tangan Rusia dalam Pemilihan Presiden AS 2016.