Diduga Mata-mata Rezim Militer Myanmar, 7 Administrator Tewas Dibunuh

JAKARTA - Sedikitnya tujuh orang administrator yang ditunjuk oleh rezim militer Myanmar, tewas lantaran diduga juga berperan sebagai mata-mata dalam melawan aktivis pro-demokrasi dan anti-kudeta militer di dua lokasi terpisah.

Lima warga sipil yang dituduh sebagai informan militer dari dua desa di Gangaw, Wilayah Magwe ditemukan tewas pada Senin sore, menurut warga setempat. Kelompok perlawanan sipil anti-junta Yaw Defense Force (YDF) mengatakan,  mereka menargetkan kelima orang tersebut lantaran bekerja sama dengan rezim militer yang beroperasi di wilayah tersebut.

"Mayat kelima orang itu ditemukan dengan seorang wanita yang terluka dan kendaraan yang terbakar , di antara Desa Ye Hla dan Khayan Selatan, sekitar 32 mil dari Gangaw," kata seorang warga Yaw yang berbicara dengan syarat anonim seperti melansir The Irrawaddy, Rabu 2 Juni.

Lima orang yang meninggal itu terdiri dari dua orang pengurus dari Sesa Hantharwady dan Thintaw, seorang guru, seorang perawat dan seorang pegawai kantor administrasi di bawah rezim militer Myanmar.

“'Guru dan perawat sedang dalam perjalanan kembali bersama para administrator setelah mereka mengumpulkan gaji mereka. Hanya satu yang hidup, tetapi dia menderita luka parah," ungkap warga Yaw.

"Para korban menjadi sasaran karena mereka tidak bergabung dengan CDM (gerakan pembangkangan sipil) dari pegawai negeri sipil yang mogok yang menolak bekerja untuk rezim militer setelah kudeta 1 Februari," tukas warga lainnya.

Namun, sebuah sumber yang dekat YDF mengungkapkan, sebuah kelompok perlawanan sipil setempat, mengatakan para korban menjadi sasaran bukan hanya karena mereka tidak berpartisipasi dalam CDM, tetapi karena mereka adalah informan rezim militer Myanmar yang telah membantu operasi pasukan junta di daerah.

"Mereka adalah pengkhianat, pengkhianat, dan informan. Mereka memberi tahu pasukan junta tentang pemogokan pegawai negeri dan membuat mereka ditangkap. Mereka menerima pasukan junta ke rumah mereka," terang sumber tersebut.

YDF sendiri dalam sebuah pernyataannya mengatakan menerangkan, mereka memerintahkan kendaraan yang digunakan para korban untuk berhenti, terkait pemeriksaan keamanan setelah menerima informasi adanya bahan peledak di kendaraan tersebut.

"YDF menghentikan mereka untuk melakukan pemeriksaan, tetapi mereka menolak dan melawan. Kami mendengar pasukan junta mencoba mempersenjatai anggota Pyu Saw Htee. Mereka sedang mengangkut senjata. Kami mengambil keuntungan," kata seorang sumber yang dekat dengan insiden itu.

Unjuk rasa anti-kudeta militer Myanmar. (Twitter/@HsuChiKo1)

Penduduk setempat percaya bahwa keenamnya adalah mata-mata yang tergabung dalam Pyu Saw Htee, kelompok yang didirikan dan didukung rezim militer, untuk melawan aktivis pro-demokrasi dan pengunjuk rasa anti-rezim.

Pembunuhan hari Senin diperkirakan berakar dalam sebuah insiden di Gangnaw pada 28 Mei di mana sejumlah tentara rezim tewas dalam baku tembak dengan YDF.

Terpisah, dua terduga dua tersangka informan militer dari Desa Thazi di Kotapraja Kale, Wilayah Sagaing, ditemukan tewas dengan luka tusuk di rumahnya pada Selasa pagi. Tiga penduduk desa yang dituduh oleh tetangga mereka sebagai informan dilaporkan diserang pada Senin malam dan satu orang berhasil melarikan diri.

Dua yang tewas adalah Ko Pwar Gyi dan Ko Ye Win. Yang terakhir diduga memandu pasukan rezim militer ke Thazi pada Hari Senin, menyebabkan sekitar delapan penduduk desa ditahan.

"Keluarga Ko Pwar Gyi mengambil jenazahnya pagi ini. Tidak jelas kapan mereka dibunuh. Belum ada yang mengumpulkan tubuh Ko Ye Win. Kami mendengar tiga informan menjadi sasaran dan satu melarikan diri," ungkap seorang warga Kale.

Sebelumnya, dua tentara rezim militer Myanmar tewas dan seorang pejuang perlawanan sipil terluka ringan dalam baku tembak di Thazi. Sementara, tiga bom meledak di luar sebuah rumah sakit umum, CB Bank dan sebuah rumah sakit militer dengan 100 tempat tidur di Kale pada Senin siang.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.