Etnis Bersenjata KIA Serang Lanud Militer, Delapan Tentara Myanmar Tewas

JAKARTA - Etnis bersenjata Kachin Independence Army (KIA) terus melakukan serangan terhadap rezim tentara militer. Dalam tiga hari terakhir, KIA terlibat bentrokan bersenjata sejak Minggu hingga penyerangan landasan udara (Lanud) pada Selasa 1 Juni kemarin.

Sedikitnya tiga peluru artileri ditembakkan ke arah kompleks Lanud Putao sekitar pukul 4 dinihari waktu setempat, Selasa kemarin. Serangan yang diakui pihak KIA, lantaran Lanud tersebut dipakai untuk operasional jet tempur rezim militer dalam membom pos-pos KIA.

"Serangan bandara mungkin bersifat oportunistik. Kelompok bersenjata akan menyerang rezim militer Myanmar kapan saja memungkinkan," sebut petugas informasi KIA Kolonel Naw Bu yang menyebut belum menerima laporan terkait serangan tersebut, melansir The Irrawaddy Rabu 2 Juni.

Pertempuran antara KIA dengan pasukan rezim militer Myanmar di Kotapraja Putao dimulai pada Hari Minggu 30 Mei. Rezim memperketat keamanan di Putao, melakukan inspeksi dan penangkapan terhadap para pemuda yang dicurigai kembali usai mengikuti pelatihan militer KIA.

"Pada tengah hari pada tanggal 30 Mei, artileri berat terdengar di dekat desa Tang Ja, 28 mil dari Putao. Beberapa warga sipil telah bersembunyi sejak itu. Semua orang khawatir dan memperhatikan situasi. Orang-orang mengumpulkan makanan dan obat-obatan," tutur seorang warga.

Pertempuran Hari Minggu menyusul serangan KIA pada tanggal 29 Mei, terhadap konvoi militer sekitar 50 tentara menuju ke desa Lung Sha Yang dan Sum Pyi Yang di Kotapraja Putao, Myanmar.

Secara keseluruhan, sejak Hari Minggu KIA terlibat pertempuran dengan rezim militer Myanmar di lima lokasi berbeda di Negara Bagian Kachin dan Sagaing.

Bersama dengan pasukan pertahanan rakyat (PDF) bentukan masyarakat di masing-masing wilayah, KIA terus memerangi rezim militer yang berusaha memperkuat posisinya. 

"Rezim telah memperkuat pasukan mereka di daerah kami baru-baru ini, membatasi pergerakan kami, jadi kami harus melancarkan serangan. Pertempuran itu sangat intens, jadi KIA bergabung dengan kami," terang salah satu juru bicara PDF di Katha.

"Delapan tentara rezim tewas dan 13 terluka parah, sementara lima pejuang perlawanan sipil tewas dan satu ditangkap oleh militer selama pertempuran," lanjutnya.

Sebagai tanggapan, militer Myanmar menembakkan beberapa peluru artileri, termasuk peluru 60 mm, di daerah pemukiman, klaim penduduk setempat. 

"Kami mendengar suara tembakan selama hampir dua jam di pagi hari. Militer juga melancarkan serangan artileri ke KIA. Kami tidak bisa pergi ke ladang kami karena pertempuran. Tembakan artileri juga jatuh di desa kami," tandas warga lokal.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.