Biadab! 73 Anak-anak Tewas Dibunuh Rezim Militer Myanmar

JAKARTA - Sedikitnya 73 anak-anak tak berdosa di Myanmar, tewas dibunuh oleh rezim militer menurut Kementerian Hak Asasi Manusia, Pemerintah Persatuan Nasional (NUG). Namun, data ini belum dari semua daerah.

NUG menerangkan, berdasarkan data yang mereka miliki sejumlah anak ditembak saat bermain di dekat atau di dalam rumah, ketika tentara dan polisi rezim militer melakukan penggerebekan.

Melansir The Irrawaddy Rabu 26 Mei, NUG menyebut anak-anak ini tewas seiring dengan tembakan yang dilepaskan secara acak polisi dan militer, saat menggerebek pemukiman warga untuk memburu para pengunjuk rasa anti-kudeta. Sementara lainnya tewas selama protes.

Di antara korban tewas adalah anak berinisial KMC yang 6 tahun 3 bulan, tewas ditembak mati saat dia duduk ketakutan di pangkuan ayahnya, saat pasukan rezim masuk ke rumahnya. 

Ada juga AMT yang berusia 11 tahun, tewas ditembak di kepala saat itu. bermain di depan rumahnya, dan SWY 13 tahun yang ditembak di belakang kepala saat mencoba melarikan diri dari pasukan rezim.

"Wilayah Mandalay mengalami jumlah kematian tertinggi dengan 26 kematian, sementara Yangon mencatat 13 orang tewas," menurut daftar kematian NUG yang dihimpun sejak 15 Februari hingga 15 Mei 2021.

Kementerian Hak Asasi Manusia mengatakan, anak-anak yang tewas dalam pertempuran saat ini di Mindat Negara Bagian Chin, Kani dan Demoso di Wilayah Sagaing, Negara Bagian Kayah tidak dimasukkan dalam daftar. 

Anak-anak yang terbunuh oleh serangan artileri junta juga tidak didokumentasikan dalam daftar. Kementerian mengatakan bahwa daftar yang diperbarui akan segera dirilis.

Anak-anak terus berada di antara mereka yang terbunuh dan terluka oleh serangan udara rezim di daerah etnis di mana pejuang perlawanan sipil mempertahankan diri mereka dari serangan dan tindakan keras rezim.

Dalam insiden terbaru, AD yang berusia 13 tahun tewas setelah rumahnya dihantam peluru artileri pada Senin sore di Kotapraja Momauk, Negara Bagian Kachin. Penduduk setempat mengatakan, peluru itu ditembakkan oleh pasukan rezim militer Myanmar dan beberapa rumah juga hancur.

Selain itu, seorang anak berusia 10 tahun juga tewas dalam ledakan bom di Tedim, Negara Bagian Chin utara, yang juga melukai seorang anak berusia enam dan sepuluh tahun.

Sejak pengambil alihan pemerintahan pada 1 Februari lalu, setidaknya 827 orang telah dibunuh oleh pasukan rezim, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), yang melacak pembunuhan dan penahanan selama kudeta militer berlangsung.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.