Peneliti Sebut Desain Drone di Masa Depan Bisa Mengadopsi Capung

JAKARTA - Sejak kali pertama ditemukan, penggunaan drone berkembang pesat untuk beragam kebutuhan beberapa tahun terakhir. Teknologi ini digunakan untuk tujuan pengawasan oleh pasukan militer dan polisi, pembuatan film dan fotografi, konservasi satwa liar dan banyak lagi.

Drone juga membuktikan manfaatnya baru-baru ini selama pandemi virus corona sebagai alat untuk mengirimkan barang-barang penting, seperti makanan dan resep, kepada mereka yang mengisolasi diri.

Tetapi seperti halnya semua teknologi, terus berinovasi akan menjadi kunci untuk kelanjutan relevansinya. Bagi para peneliti di Australia, ini berarti kembali ke cetak biru asli dari salah satu mesin terbang tertua di dunia alami untuk memungkinkan mereka memajukan desain drone masa depan, capung.

Ya, sekelompok mahasiswa Ph.D di University of South Australia (UniSA), memeroleh inspirasi dari keajaiban yang telah berusia 300 juta tahun. 

Ilustrasi capung. (Unsplash/Riley Crawford)

Dengan memelajari keterampilan capung, khususnya dalam hal melayang, jelajah dan aerobatik. Para peneliti percaya bahwa capung dapat menawarkan wawasan teknik yang tak ternilai tentang desain drone dengan sayap mengepak di masa depan.

"Capung sangat efisien di semua bidang penerbangan. Mereka harus demikian," kata Javaan Chal, profesor sistem sensor di UniSA yang memimpin tim, seperti melansir Euronews

"Setelah muncul dari bawah air sampai kematiannya (hingga enam bulan), capung jantan terlibat dalam pertempuran berbahaya yang terus-menerus melawan saingan jantan," paparnya.

"Perkawinan membutuhkan pengejaran betina dari udara dan mereka terus-menerus menghindari predator. Kemampuan terbang mereka telah berevolusi selama jutaan tahun untuk memastikan mereka bertahan hidup," tandasnya.

Kesulitan menangkap capung, memaksa mereka untuk menemukan cara yang lebih kreatif untuk dapat mempelajari tubuh unik serangga tersebut. Salah satunya adalah dengan mengembangkan teknik optik untuk memotret geometri sayap 75 spesies capung yang berbeda dari koleksi museum.

Ilustrasi drone digunakan untuk mengirim barang. (Wikimedia Commons/HadasBandel)

Dalam percobaan pertama di dunia, mereka kemudian merekonstruksi gambar 3D sayap, membandingkan perbedaan antar spesies.

"Sayap capung panjang, ringan dan kaku dengan rasio lift-to-drag tinggi yang memberi mereka kinerja aerodinamis superior," ungkap Chal.

Dibandingkan dengan desain drone saat ini yang seringkali tidak hemat energi dan tidak praktis, tim yakin drone yang terinspirasi oleh capung dapat meniru aerodinamika serupa untuk mengurangi hambatan dan meningkatkan kapasitas muat.

"Mereka (capung) bisa berbelok cepat dengan kecepatan tinggi dan lepas landas sambil membawa lebih dari tiga kali berat badan mereka sendiri," papar Chal.

"Mereka juga salah satu predator alam yang paling efektif, menargetkan, mengejar, dan menangkap mangsanya dengan tingkat keberhasilan 95 persen," tukasnya.

Lantas, apa implikasi dari studi yang dituangkan dalam jurnal 'Drones' tersebut untuk desain drone masa depan?

Menurut tim UniSA, drone yang terinspirasi oleh capung bisa sangat mahir mengumpulkan dan mengirimkan muatan, menjelajahi lingkungan alam yang rapuh, dan melaksanakan misi pengawasan yang panjang. Selain itu, mereka akan lebih aman saat beroperasi di dekat orang.