Rusia Kirim 5 Ribu Senapan Serbu hingga Senapan Sniper Terbaru Gratis untuk Afrika Tengah
JAKARTA - Rusia mengumumkan pengiriman ribuan senjata terbarunya ke Republik Afrika Tengah (CAR), negara yang kaya mineral yang dilanda konflik kekerasan dalam negeri.
Total ada 5 ribu senapan ringan dalam pengiriman ketiga kali ini, setelah sebelumnya memberikan 10 kendaraan personel lapis baja BRDM-2 tahun lalu dan ratusan senjata pada tahun 2019. Semuanya gratis, sebagai hadiah.
"Rusia telah memasok CAR dengan batch ketiga senjata gratis," sebut Duta Besar Rusia untuk CAR Vladimir Titorenko, seperti dilansir The Moscow Times dari Kantor Berita RIA Novosti.
"Pengiriman kali ini terdiri dari senapan serbu, senapan mesin, senapan sniper, pistol, RPG, granat tangan, dan amunisi," sambung Titorenko.
Kantor berita mitra RIA Novosti Sputnik melaporkan, upacara serah terima berlangsung di Bandara Bangui dan dihadiri oleh Presiden CAR Faustin Archange Touadera dan Menteri Pertahanan CAR.
Rusia sejak tahun 2018 secara terbuka mendukung pemerintahan Presiden Faustin. Meskipun Dewan Keamanan PBB mengizinkan Rusia untuk mengirim senjata ke CAR pada tahun 2017, Titorenko mengatakan pengiriman senjata kecil tidak memerlukan izin tetapi pemberitahuan sebelumnya.
Selain itu, paramiliter Rusia dari kontraktor militer swasta, Grup Wagner, beroperasi di CAR di bawah perjanjian pertahanan bilateral dengan status resmi untuk melatih tentara negara tersebut.
Salah satu kontribusi kontraktor militer ini adalah, menghentikan pemberontakan di Bangui, Ibu Kota CAR jelang Pemilihan Presiden Desember tahun lalu.
Baca juga:
- Blak-blakan Kepala Intelijen Rusia dari SolarWinds hingga Operasi Agen Intelijen di Eropa
- Israel Lancarkan Serangan Rudal ke Suriah, Hampir Kenai Pangkalan Udara Rusia
- Rusia Tarik Militernya dari Wilayah Perbatasan, Ukraina dan Amerika Mengawasi
- Rusia Tarik 1.200 Kendaraan Tempur hingga 200 Pesawat dari Perbatasan Ukraina
Untuk diketahui, Rusia meningkatkan dukungan militer, energi nuklir dan layanan lainnya kepada negara-negara di Afrika, dengan imbalan hak pertambangan, sejalan dengan kampanye Presiden Vladimir Putin untuk menghidupkan kembali pengaruh Uni Soviet di benua tersebut.