Pilkada Jakarta 2024: Bagaimana Suswono dan Rano Karno Bantu Dongkrak Suara Ridwan Kamil dan Pramono Anung
JAKARTA – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024 tidak akan menampilkan Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama, yang jelas-jelas memiliki elektabilitas dua tertinggi di ibu kota. Pramono Anung dan Ridwan Kamil disebut ‘tertolong’ oleh wakil mereka dalam kontestasi Pilkada Jakarta 2024.
Anies Baswedan dipastikan absen dalam kontestasi kepala daerah setelah pendaftaran peserta Pilkada 2024 resmi berakhir pada Kamis (29/8/2024). Mantan Menteri Pendidikan ini juga disebut menolak tawaran maju sebagai calon Gubernur Jawa Barat.
Tadinya, Anies Baswedan disebut bakal menjadi lawan serius buat Ridwan Kamil-Suswono yang diusung 15 partai politik yang tergabung di Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.
Namun mundurnya eks Gubernur DKI Jakarta itu membuat Ridwan Kamil diprediksi akan menang mudah. Keputusan PDIP Perjuangan mengusung Pramono Anung-Rano Karno bahkan disebut hanya sebagai “formalitas” dan tidak niat menandingi kekuatan KIM.
Mengeruk Suara Anies
Anies Baswedan memiliki elektabilitas tertinggi berdasarkan sejumlah survei, termasuk menurut Litbang Kompas. Anies dipilih 29,08 persen responden, disusul kader PDIP dan eks Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dipilih 20 persen responden. Sedangkan Ridwan Kamil hanya menempati posisi tiga dengan 8,5 persen.
Pada Pilkada 2017, Anies Baswedan memenangi pertarungan dengan mendapatkan 3,2 juta suara, unggul sekitar 900 ribu suara dari pesaingnya, Ahok.
Sedangkan pada Pilpres 2024, Anies mendapat 2,6 juta suara di DKI Jakarta. Ia hanya kalah tipis, sekitar 30 ribu suara dari Prabowo Subianto yang menang di ibu kota.
Dengan absennya Anies di Pilkada Jakarta, berarti kurang lebih 3 juta suara untuknya akan terpecah. Ke mana suara-suara ini akan berlabuh?
Pengamat politik budaya Masykur Isnan menuturkan, ketidakhadiran Anies di Pilkada Jakarta 2024 menimbulkan kekecewaan bagi sebagian masyarakat.
Gubernur Jakarta periode 2017-2022 ini dianggap sebagai sosok yang bisa memberikan warna serta menjadikan kontestasi lebih kompetitif. Di sisi lain Anies juga merupakan orang yang punya sedikit banyak cerita, punya banyak sejarah di Jakarta dan memiliki basis pemilih yang loyal, sehingga kehadiran Anies di awal diharapkan menjadikan Pilkada lebih demokratis.
Enggan Politisasi Sepak Bola
Ridwan Kamil diramalkan bakal menang mudah di Pilkada Jakarta 2024 karena Pramono Anung kalah populer dibandingkan dia. Apalagi, politisi Partai Golkar ini juga cukup terkenal setelah menjadi Wali Kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat dalam 10 tahun terakhir.
Namun Masykur Isnan mengatakan, perlu menjadi catatan tim RK bahwa basis kultural Jawa Barat dan Jakarta berbeda.
“Perlu dipahami dan ketahui, Jakarta punya spesifikasi sendiri, mulai dari kebetawiannya, hingga basis suporter Persija, Jakmania. Ini adalah hal-hal yang tidak bisa dikesampingkan,” ujar Masykur Isnan kepada VOI.
“Basis suporter sepak bola tidak bisa dikesampingkan. RK sangat dekat dengan Persib, dengan Bobotoh. Sedangkan Jakarta memiliki Jakmania merupakan pendukung militan Persija,” imbuhnya.
Persija merupakan klub sepak bola kebanggaan warga Jakarta, dengan basis pendukungnya disebut Jakmania. Sedangkan Bang Emil, begitu ia ingin disapa sekarang, dikenal sebagai Bobotoh setia, sebutan untuk pendukung Persib Bandung.
Selama ini, antara Persija dan Persib serta Jakmania dan Bobotoh memiliki rivalitas yang panas di kompetisi sepak bola nasional.
Ridwan Kamil menegaskan tidak ingin menjadikan isu sepak bola sebagai bahan politik dalam kampanyenya. Kendati begitu, ia mengakui keberadaan Persija dan Jakmania adalah fakta atas keberadaan masyarakat Jakarta.
Untuk itu, keberadaan Persija dan Jakmania merupakan bagian dari budaya keolahragaan yang tidak bisa diabaikan begitu saja oleh siapa pun yang memimpin Jakarta.
“Saya tidak mau terlalu terlihat seolah-olah memanfaatkan sepak bola untuk hal-hal yang sifatnya politis,” kata Bang Emil dalam deklarasi tim relawan Ridwan Kamil-Suswono di Jakarta Selatan, Minggu (1/9/2024).
“Jadi poinnya, adalah saya tidak ingin ada yang terlewat dalam pengurusan Jakarta. Dalam mengurus Jakarta itu, mulai dari budayanya, dari birokrasinya, termasuk budaya keolahragaannya, yang di dalamnya ada Persija dan Jakmania. Dan itu pasti bagian yang diurus,” begitu ujar Bang Emil.
Peran Bakal Calon Wakil Gubernur
Mengenai kedekatan Bang Emil dengan Persib dan Bobotoh, serta fakta bahwa dirinya sangat identik dengan Bandung dan Jawa Barat, kehadiran Suswono diyakini bisa membantu RK mendapatkan suara yang sebelumnya memilih Anies. Ini lantaran Suswono, bacagub Bang Emil, merupakan politikus yang sudah bergabung dengan PKS sejak awal pendirian partai tersebut.
PKS sendiri menduduki posisi tertinggi hasil perolehan suara pemilihan anggota legislatif DPRD DKI Jakarta pada Pemilu 2024. PKS mendapat 1.012.028 suara atau 16,68 persen. Disusul PDIP sebanyak 850.174 suara atau 14,01 persen.
Jika Ridwan Kamil terbantu oleh basis pendukung PKS yang berpeluang memberikan suara mereka dengan keberadaan Suswono, Pramono Anung juga diprediksi mendapat ‘bantuan’ dari sosok Rano Karno sebagai bacagub-nya.
“Di sisi Pramono, ada sosok Rano Karno yang agak tebal kebetawiannya, dan ini bisa menjadi nilai tambah,” ucap Masykur Isnan.
Baca juga:
- Polemik Subsidi Tiket KRL Jabodetabek Berdasarkan NIK: Tujuannya Bagus, tapi Berpotensi Timbulkan Kelas Sosial
- Konsumsi Makanan dan Minuman Manis Berlebih Juga Berdampak pada Kesehatan Mental
- Mengenal Megathrust, Gempa Bumi Dahsyat yang Berpotensi Terjadi di Indonesia
- Drama Pilkada Jakarta 2024: Investasi Jangka Panjang PDIP dan Anies Baswedan Tak Kebagian Panggung Politik
Keikutsertaan Rano Karno, dituturkan Masykur Isnan, dalam Pilkada Jakarta 2024 menjadi menarik. Dari seluruh calon, yang memiliki kedekatan kultural dan historikal masyarakat Jakarta Betawi adalah Bang Karno, melaui sosok Bang Doel.
“Tinggal bagaimana ini bisa dikapitalisasi menjadi basis-basis elektoral. Pilkada Jakarta menarik, masyarakat Betawi tidak bisa dikesampingkan, masyarakat Betawi adalah salah satu fundamental yang harus dipertimbangkan masak-masak, tidak boleh ditinggalkan,” tegasnya.
“Kesimpulannya, keuntungan yang bisa didapatkan para bacagub justru ada di wakil-wakilnya. Rano Karno basis kebetawiannya sangat kental, sedangkan Suswono mengandalkan basis PKS yang sangat besar,” ia menambahkan.