Kloter Pertama Jet Tempur F-16 Dikabarkan Telah Tiba di Ukraina
JAKARTA - Kloter pertama jet tempur F-16 yang telah lama ditunggu-tunggu telah tiba di Ukraina, kata Menteri Luar Negeri Lithuania dan seorang pejabat Amerika Serikat pada Hari Rabu.
Jet tempur F-16 buatan Lockheed Martin telah lama ada dalam daftar keinginan Ukraina karena daya rusaknya dan ketersediaan globalnya.
Berbekal meriam 20mm dan dapat membawa bom, roket hingga rudal, jet tempur tersebut akan menambah kekuatan udara Ukraina untuk menghadapi Rusia.
"F-16 di Ukraina. Hal yang mustahil lainnya ternyata benar-benar mungkin," kata Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Landsbergis di X, melansir Reuters 1 Agustus.
Terpisah, seorang pejabat Amerika Serikat yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan pengiriman telah selesai.
Angkatan Udara Ukraina tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.
Diketahui, Denmark telah berkomitmen untuk menyumbangkan total 19 jet kepada Ukraina, sementara Belanda telah berjanji untuk mengirimkan 24 pesawat.
Kedua negara itu telah menjadi kekuatan pendorong di balik koalisi internasional untuk memasok Ukraina dengan F-16. Norwegia juga mengatakan akan menyumbangkan enam jet tempur F-16 ke Ukraina.
Sementara, pilot dan staf darat jet tempur tersebut telah dilatih oleh mitra Barat Ukraina selama berbulan-bulan.
Baca juga:
- Ayatollah Ali Khamenei Pimpin Salat Jenazah Ismail Haniyeh di Teheran
- Diplomat Korut yang Membelot Bilang Pyongyang Siap Kembali ke Perundingan Nuklir Jika Trump Menang Pilpres AS
- Presiden Zelensky Tidak Ingin China Jadi Mediator, Tapi Tekan Rusia untuk Akhiri Konflik
- PM Netanyahu Sebut Hari-hari ke Depan Penuh Tantangan, Menhan Gallant Sebut Tak Ingin Perang
Sebelumnya, militer Ukraina harus bergantung pada armada jet era Uni Soviet yang relatif kecil karena telah berjuang untuk menahan invasi skala penuh Rusia pada Februari 2022.
Pejabat Ukraina melihat penambahan F-16 sebagai peningkatan penting bagi Angkatan Udaranya.
Analis dan pejabat mengatakan, F-16 tidak akan sendirian membuktikan titik balik dalam perang, yang dimulai dengan invasi skala penuh Rusia pada Februari 2022.