Bagikan:

JAKARTA - Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan pada Hari Rabu,Kyiv tidak ingin China bertindak sebagai mediator dalam konflik Rusia - Ukraina yang telah berlangsung selama 29 bulan, tetapi berharap Beijing akan memberikan tekanan yang lebih besar pada Moskow untuk mengakhiri perang.

Berbicara kepada media Prancis, Presiden Zelensky mengatakan meskipun Ukraina bersikeras untuk memulihkan perbatasan pasca-Soviet tahun 1991, Ukraina akan mempertimbangkan untuk membuka perundingan dengan Rusia sebelum semua pasukan Moskow ditarik jika kondisinya tepat.

"Jika China mau, mereka dapat memaksa Rusia untuk menghentikan perang ini. Saya tidak ingin (China) bertindak sebagai mediator. Saya ingin China memberi tekanan pada Rusia untuk mengakhiri perang ini," kata Presiden Zelensky, melansir Reuters 1 Agustus.

"Sama seperti Amerika Serikat yang memberikan tekanan, sama seperti Uni Eropa yang memberikan tekanan. Semakin besar pengaruh suatu negara, semakin besar pula tekanannya terhadap Rusia," lanjutnya.

Negeri Tirai Bambu, yang memiliki kemitraan "tanpa batas" dengan Rusia, telah mengajukan rencana perdamaiannya sendiri untuk mengakhiri perang berdasarkan non-eskalasi, negosiasi langsung, dan bantuan kemanusiaan.

Beijing tidak ikut serta dalam pertemuan puncak perdamaian pertama tentang Ukraina yang diadakan bulan lalu di Swiss. Namun, mereka telah meningkatkan upaya diplomatik dan menjamu Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba minggu lalu.

Presiden Zelensky mengulangi pendapatnya sebelumnya, Rusia harus menghadiri pertemuan berikutnya yang diharapkannya akan diadakan akhir tahun ini.

"Jika tidak, kami tidak akan memperoleh hasil yang layak," ujarnya.

"Semua persyaratan kami akan terpenuhi. Itu tidak berarti bahwa pada saat itu, kami akan memulihkan perbatasan kami seperti tahun 1991," tandasnya.

Perdamaian yang adil bagi Ukraina, katanya, "melibatkan pemulihan integritas teritorial kami, tetapi itu tidak berarti bahwa ini harus dilakukan hanya melalui senjata."

Diketahui, pasukan Rusia saat ini menduduki kurang dari 20 persen wilayah Ukraina dan telah membuat kemajuan bertahap di bagian timur garis depan sepanjang 1.000 km (600 mil) sejak perebutan Kota Avdiivka pada bulan Februari.

Dalam komentarnya, Presiden Zelensky mengakui kemajuan tersebut dan mengatakan hal itu disebabkan oleh keterlambatan dalam memperlengkapi brigade, penolakan Rusia untuk memperhatikan kerugiannya sendiri, dan pembatasan oleh mitra Barat Kyiv tentang bagaimana senjata mereka dapat digunakan.

"Sulit di seluruh garis depan timur. Mereka memusatkan semua upaya mereka di timur," jelasnya, mencatat gerakan mereka ke arah barat menuju Kota Sloviansk yang dikuasai Ukraina.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin bulan lalu mengatakan Moskow bersedia untuk berunding guna mengakhiri perang, tetapi pembicaraan bergantung pada Ukraina yang menyerahkan empat wilayah yang dianeksasi Rusia pada tahun 2022.

Presiden Zelensky mengatakan menyerahkan wilayah bukanlah suatu pilihan.

"Itu tidak mungkin. Itu bertentangan dengan konstitusi kita. Dan itu adalah masalah yang harus kita selesaikan sendiri," tandasnya.