Eksklusif Morgan Oey Sukses Atasi Dilema Transisi Musisi ke Aktor
JAKARTA - Selebritas Morgan Oey akan kembali mengisi layar lebar perfilman Indonesia dengan beradu akting bersama Valerie Thomas untuk pertama kalinya dalam sebuah film garapan rumah produksi Adhya Pictures berjudul Romeo Ingkar Janji dan akan mulai tayang pada 25 Juli mendatang.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan VOI, Morgan Oey mencoba menceritakan perannya sebagai Romeo di film ini. Sebelumnya, teaser dari film Romeo Ingkar Janji sudah dirilis secara resmi, sebagai pemain Morgan mengaku bahwa ia cukup puas dengan respon warganet.
Pasalnya ia sendiri mengaku menyukai karakter hingga cerita yang diangkat di dalam film ini dan ia menuturkan akan ada plot twist yang mungkin nggak disangka oleh penonton nantinya.
“Teaser. Iya, banyak yang kayak, wah ini tuh saatnya a bit di entah berantah, gitu. Fantasy-ish, gitu. Jadi, ya seneng sih mereka akhirnya ngeluarin teaser yang seperti itu karena memang judulnya tuh seksi banget ya menurut saya, menurut saya pribadi. Romeo Ingkar Janji, gitu,” kata Morgan Oey di kantor VOI, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu, 19 Juni.
“Jadi, teasernya tuh kayak ngasih lihat ke penonton Kalau misalnya, Romeo tuh kelihatan sayang banget nih sama Agatha, tapi judulnya Romeo Ingkar Janji. Apakah ini? Jadi, akan ada twist-nya, gitu. Semoga, semoga,” tambah Morgan.
Kembali bermain dalam film drama, Morgan mengakui menemukan tantangan baru dalam memainkan karakter sebagai Romeo di film ini. Dalam waktu syuting yang hanya satu bulan ia merasa selama proses syuting ia dituntut untuk terus bekerja untuk memaksimalkan karakternya.
Salah satu hal yang harus benar-benar diusahakan oleh Morgan di dalam film ini adalah terkait visual. Ia menyampaikan kalau ia harus sampai men-tanning kulitnya dan berjemur selama proses syuting demi mendapatkan visual yang diinginkan sang sutradara, Emil Heradi.
“Tantangannya banyak sih, ya. Beda-beda film, beda-beda tantangan, beda-beda karakter, beda-beda tantangan, gitu. Dan kalau di Romeo ini, ya itu. Semuanya memang benar-benar kayak kerja, kerja, dan kerja, gitu. Jadi, karena ini karakter yang memang well, secara visual, secara fisik aja udah beda sama karakter yang Romeo, Morgan sama Romeo,” katanya.
“Ini beda, gitu. Jadi, gimana caranya saya harus at least mendekati visual atau referensi yang sutradara dan produser mau, gitu. Jadi, itu saya tanning, tiap hari itu jemuran. Kalau misalnya lagi break, jemuran terus. Gosong-gosong, dah,” cerita Morgan.
“Iya, workshop tato, terus rambut saya sampai rontok, saya di perm, tapi bukan yang sementara. Kalau sementara kan, kayak kalau kita keramas kan, hilang ya. Ini benar-benar kayak di, ya kalau yang cewek-cewek tau lah, perm itu kayak gimana sih sampai kusut rambut saya, sampai rontok lah pokoknya. Ya itu sih secara visual,” bebernya.
Tak hanya itu, keterbatasan waktu yang diberikan kepadanya membuat pria berusia 34 tahun ini harus mendalami karakter sambil menjalani proses syuting. Hal ini diakui oleh Morgan yang menceritakan kalau selama proses syuting ia banyak bertanya dengan Email Haradi terkait karakternya tersebut.
Ia juga banyak berdiskusi dengan aktor Jeremy Thomas dan istrinya, Ina Indayanti sebagai pemilik original cerita yang diangkat di dalam film ini.
Baca juga:
- 13 Tahun Ragu, Dian Nitami Baru Berani Jalani Operasi Plastik di Usia 53
- Pernah Patah Hati, Thariq Halilintar Akui Sempat Jauh dari Tuhan
- Mengenal Soft Launching dalam Hubungan Berpasangan, Ini 5 Alasan Kenapa Seseorang Melakukannya
- Tim Produksi Drama High School Return of a Gangster Belum Bayar Gaji 119 Aktor!
“Tapi secara dalam nya Romeo, yaudah saya kejar juga. Yaudah, ya itu saya yang ngerecokin Mas Emil. ‘Em, pengennya Romeo seperti apa?’, gitu. Dalamnya dia seperti apa, karakter dia seperti apa, dan juga ini, ini original story dari nyokapnya Valerie, Tante Ina Thomas, dan Om Jeremy, gitu. Jadi, ini proyeknya mereka juga, kolaborasi sama Adhya Pictures,” tutur Morgan.
“Jadi, saya juga banyak ngobrol sama Om Jeremy, gitu, sama Tante Ina, gitu. Apa yang pengen mereka sampaikan melalui karakter Romeo dan Agatha? Itu sih, jadi lumayan kerja, kerja dan kerja, gitu. Kayak ada aja yang dikerjain, gitu. Dalam sehari. Ngerjain PR, gitu,” ujarnya.
Transisi Profesi yang Penuh Dilema
Morgan Oey sebelum berkarir sebagai seorang aktor terlebih dahulu dikenal sebagai seorang musisi yang tergabung dalam sebuah boy grup asal Indonesia bernama SMASH. Sayangnya pada tahun 2013 Morgan akhirnya memutuskan untuk mengakhiri jalan karirnya sebagai seorang penyanyi dan mewujudkan mimpinya sejak kecil menjadi seorang aktor.
Mengalami pergantian dunia dari dunia musik ke dunia perfilman menjadi hal yang tidak mudah dilakukan oleh Morgan Oey. Pada awalnya ia merasakan dilema karena perbedaan cara kerja yang harus ia lakukan ketika memutuskan untuk berpindah profesi.
“Ada sih, ada. Ada, karena cara kerjanya beda, gitu. Kalau misalnya musisi kan kita istilahnya masuk studio rekaman, gitu. Rekaman. Terus pada saat kita perform juga, kita istilahnya perform langsung, gitu loh untuk meneruskan karya kita ke orang-orang, itu kita langsung perform, gitu. Euphoria-nya beda, enthusiasm-nya beda, gitu. Tapi beda sama film,” tegasnya.
“Kita interaksinya sama itu kayak It takes a village to make a film, gitu. Jadi banyak orang yang terlibat, terus kita interaksinya sama kamera, sama DOP, sama sutradara, gitu jadi pleasure-nya masing-masing beda sih kepuasannya,” cerita Morgan Oey.
“Dan ketika saya dapat kesempatan untuk akting sebelum di film, itu saya sudah senang banget, gitu. Kayak, oh ternyata ini ya, walaupun jam kerjaannya mungkin beda, cara kita bekerja dan berkarya beda, tapi saya senang. Dalam hati saya kayak, oh this is it, gitu. Kalau misalnya saya udah nggak jadi musisi lagi, gitu, saya pengen jadi filmmaker,” tambahnya.
Tak heran kalau akhirnya pria kelahiran Singkawang ini harus bekerja lebih ekstra lagi untuk membangun citranya yang pada awalnya dikenal sebagai seorang musisi kini menjadi seorang aktor di mana ia harus meyakinkan penggemarnya bahwa keputusannya ini bukan hanya karena aji mumpung saja.
Apalagi Morgan menjelaskan kalau ia sendiri tidak memiliki latar belakang pendidikan berakting yang mengharuskan ia belajar sambil melakukan pekerjaan barunya tersebut. Hal ini yang membuat Morgan merasa harus bekerja dua kali lipat dibandingkan dengan teman-teman aktornya yang lain.
“Ya, well, mungkin kalau misalnya dibanding teman-teman lain yang terjun ke aktor, mungkin saya harus kerja keras dua kali lipat ya untuk convince people that saya nggak aji mumpung. Memang saya cinta sama dunia acting dan saya pengen serius di film. Jadi keaji pumpungan orang-orang, asumsi orang-orang ini memang somehow bisa bikin kita down tapi somehow itu memacu saya untuk terus ngasih yang terbaik di setiap karya, gitu. Terus belajar, gitu,” lanjutnya.
“Karena saya memang nggak ada, sorry to say, saya gak ada background akademik di sekolah acting maupun sekolah film, gitu. Jadi bener-bener saya harus belajar di lapangan. Dan untungnya saya dapat projek-projek yang memang filmmaker-filmmakernya udah banyak berkarya. Jadi saya bisa belajar langsung sama mereka. Tapi kalau misalnya dibilang kerja keras ya, kerja kerasnya dua kali lipat sih dibanding teman-teman yang misalnya starting out dari model, misalnya, terus move ke film, gitu,” akunya.
Lebih lanjut Morgan mengakui bahwa ia beberapa kali masih sering rindu dengan kehidupannya sebagai seorang musisi. Bukan tanpa alasan, Morgan merasa energi yang didapatkan secara langsung dari penonton ketika ia bernyanyi itu tidak dapat digantikan.
“Ada sih ya, pasti ya. Maksudnya, salah satu hal yang gak bisa gantiin itu adalah euforia penonton ketika kita perform langsung, gitu. Kalau misalnya kita perform di sini, showcase, mungkin yang nonton adalah teman-teman media. Tapi kalau misalnya kita melakukan mini showcase ataupun konser, kita ada kesempatan untuk tampil di panggung yang besar, itu gila sih, luar biasa energinya tuh kayak, itu yang gak bisa digantikan, gitu. Tapi untuk sekarang sih, saya masih ingin melihat how far can I go di film,” tandasnya.