Kasus Infeksi COVID-19 Meningkat Drastis, Daya Tampung Rumah Sakit di Brasil Tinggal 10 Persen
JAKARTA - Rumah sakit di kota-kota utama Brasil kewalahan dan memaksimalkan daya tampungnya selama seminggu terakhir, seiring dengan melonjaknya kasus kematian akibat COVID-19 sepanjang pekan ini.
Pusat Biomedis Fiocruz mengungkapkan, tempat tidur unit gawat darurat rumah sakit di 15 dari 27 ibu kota negara bagian terpakai hingga 90 persen.
Di Porto Alegre di Brasil selatan, rumah sakit rujukan utama untuk COVID-19 berhenti menerima kasus baru, karena semua tempat tidur ICU-nya sudah terisi.
“Ini peringatan. Kami telah mencapai kapasitas dan orang-orang perlu menyadari betapa buruk situasinya,” kata Claudio Oliveira, direktur Rumah Sakit Conceiçao melansir Reuters.
Ini adalah pertama kalinya rumah sakit menolak pasien sejak epidemi H1N1 pada 2009. Oliveira mengatakan kepada wartawan, rumah sakit menutup pintunya untuk menghindari runtuhnya perawatan pasien COVID-19 di sana.
Sementara di Ibu Kota Brasil, Brasilia, yang memberlakukan jam malam, bangsal ICU rumah sakit umum 97% penuh dan swasta 99%, memaksa kota untuk kembali mendirikan rumah sakit lapangan seperti yang terjadi selama puncak kasus tahun lalu.Kementerian Kesehatan pada Hari Rabu melaporkan rekor 2.286 kematian akibat COVID-19 dalam 24 jam terakhir, karena infeksi baru naik 79.876.
Dengan lebih dari 270.000 kematian, jumlah kematian pandemi di Brasil selama setahun terakhir hanya tertinggal di Amerika Serikat. Tetapi selama seminggu terakhir, Brasil memiliki rata-rata lebih dari 1.600 kematian per hari, lebih tinggi dari sekitar 1.400 di Amerika Serikat.
Baca juga:
- 12 Pengunjuk Rasa Tewas Sepanjang Kamis, PBB Sebut Korban Tewas Kudeta Militer Myanmar Capai 70 Orang
- Terkena Sanksi AS, Ini Deretan Perusahaan Milik Anak Pemimpin Rezim Militer Myanmar
- Melawan Saat Hendak Ditahan, Enam Pengunjuk Rasa Anti Kudeta Ditembak Mati Rezim Militer Myanmar
- Ramalan Terbaru WHO: Pandemi akan Tingkatkan Kekerasan Fisik dan Seksual bagi Wanita
Di tengah kondisi demikia, Presiden Brasil Jair Bolsonaro menentang penguncian, mendesak warganya keluar dari rumah. Sementara, gubernur dan walikota bekerja keras menerapkan pembatasan.
“Berapa lama kita bisa bertahan tanpa tanggung jawab penguncian ini? Anda menutup semuanya dan Anda menghancurkan jutaan pekerjaan. Lockdown bukanlah obatnya,” kata Bolsonaro dalam sebuah video alamat ke sebuah kelompok bisnis diadmpingi Menteri Ekonomi Paulo Guedes.