Pakar PBB Sebut Rusia Bertanggung Jawab dalam Percobaan Pembunuhan Aktivis Alexei Navalny
JAKARTA - Pakar hak asasi manusia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut, Rusia bertanggung jawab dalam percobaan pembunuhan aktivis sekaligus kritikus Kremlin, Alexei Navalny, serta menyerukan penyelidikan internasional atas hal ini.
Ini disampaikan oleh Pelapor Khusus PBB Agnes Callamard dan pakar kebebasan pendapat dan ekspresi PBB Irene Khan dalam pernyataannya, Senin. Menurut mereka, upaya untuk membunuh Navalny adalah bagian dari pola serangan terhadap para kritikus di dalam dan luar negeri, dan dimaksudkan untuk mengirim peringatan jahat untuk membatalkan perbedaan pendapat.
"Ini adalah kesimpulan kami, Rusia bertanggung jawab atas percobaan pembunuhan sewenang-wenang terhadap Tuan Navalny," kata Callamard dalam konferensi pers.
“Seperti dalam kasus lain, Tuan Navalny diracuni oleh senyawa khas, kali ini Novichok, yang tidak mungkin digunakan oleh aktor non-negara atau pemerintah lain,” ungkapnya.
Alexei Navalny jatuh sakit di Siberia Agustus lalu dan diterbangkan ke Jerman, yang dikatakan menemukan bukti bahwa dia telah diracuni dengan Novichok, zat saraf terlarang.
Rusia menyangkal peran apa pun dalam penyakitnya dan mengatakan belum melihat bukti bahwa dia diracuni. Dalam sebuah pernyataan, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova mengatakan Rusia berharap, intervensi para ahli PBB akan mendorong Jerman untuk merilis data yang dituduh Moskow ditahan oleh Berlin.
"Kami berbagi keinginan untuk mencari tahu kebenaran insiden ini," kata Zakharova dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.
Callamard, ditanya tentang komentar tersebut, berkata: “Rusia memiliki lebih dari cukup saat ini untuk melakukan penyelidikannya sendiri, tidak tergantung pada Jerman untuk memberikan informasi,”.
Setelah memulihkan diri selama lima bulan di Jerman, Navalny, 44, kembali ke Rusia pada Januari. Dia ditangkap pada saat kedatangan dan dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara karena pelanggaran pembebasan bersyarat. Vonis Navalny ini mengundang unjuk rasa besar-besaran di Rusia.
Baca juga:
- Bank Militer Myanmar Stop Operasi, Bank Sentral Batasi Penarikan Rekening dan Transaksi ATM
- Militer Myanmar Tambahkan Tuduhan, Aung San Suu Kyi Terancam Hukuman 9 Tahun Penjara
- Iran Tolak Pembicaraan Ulang Kesepakatan Nuklir 2015 dengan AS dan Uni Eropa
- Militer Myanmar Pulangkan 100 Diplomat dari 19 Negara di Dunia
“Mengingat tanggapan yang tidak memadai dari otoritas domestik, penggunaan senjata kimia yang dilarang dan pola yang jelas dari percobaan pembunuhan yang ditargetkan. Kami percaya bahwa penyelidikan internasional harus dilakukan sebagai hal yang mendesak, untuk menetapkan fakta dan mengklarifikasi semua. keadaan terkait keracunan Tuan Navalny,” kata para ahli PBB.
“Penggunaan Novichok melanggar komitmen Rusia berdasarkan Konvensi Senjata Kimia. Itu dimaksudkan untuk membunuh Pak Navalny dan dengan demikian merupakan pelanggaran larangan pembunuhan sewenang-wenang,” pungkas mereka.