Korban Penembakan Unjuk Rasa Tolak Kudeta Militer Tewas, Keluarga Lanjutkan Perjuangan

JAKARTA - Ma Mya Thwet Thwet Khine, seorang siswa yang ditembak oleh polisi pada protes anti-kudeta di Naypyitaw lebih dari seminggu yang lalu, dinyatakan meninggal dunia siang tadi.

“Saya merasa sangat sedih dan tidak ada yang ingin saya katakan,” kata sang kakak Ye Htut Aung saat berbicara melalui telepon mengabarkan wafatnya sang adik, seperti dilansir Reuters.

Sementara, pihak rumah sakit tempat Ma Mya Thwet Thwet Khine dirawat di Naypyitaw mengungkapkan, Ia meninggal jelang siang. 

"Ia meninggal di rumah sakit pada hari Jumat pukul 11:15. Postmortem akan dilakukan pada korban tembakan pada Jumat sore," kata seorang dokter dari rumah sakit kepada The Irrawaddy.

Wanita berusia 20 tahun itu telah mati otak dan menggunakan alat bantuan hidup sejak ditembak oleh polisi yang berjaga pada aksi unjuk rasa menolak kudeta militer pada 9 Februari.

Pada saat Ma Mya Thwet Thwet Khine (atau Ma Mya Thwate Thwate Khaing) ditembak, dia berdiri di bawah halte bus, berlindung dari meriam air. Dia tidak berusaha melewati barikade polisi di tempat kejadian. Dia pingsan tiba-tiba setelah kepalanya terkena peluru.

"Peluru yang mengenai dia adalah peluru tajam, bukan peluru karet. Dia mati otak. Peluru yang bersarang di kepalanya masih ada, itu tidak bisa dilepas," kata seorang dokter dari tim medis di Naypyitaw yang menanganinya dan meminta tidak disebutkan namanya.

Pihak militer sempat meminta untuk merawatnya, namun pihak rumah sakit dan keluarga tidak mengizinkan karena khawatir dengan kondisinya. Ma Mya Thwet Thwet Khine adalah korban tewas pertama dalam tindakan keras polisi terhadap gerakan protes melawan rezim militer.

Berbicara kepada media minggu lalu, saudara perempuan Mya Thadoe Nwe mengatakan, tidak kata-kata yang tidak dapat mengungkapkan kesedihan keluarga atas apa yang terjadi pada anggota termuda keluarga itu. Dia mengatakan kediktatoran militer harus diakhiri.

“Saya akan terus melawan kediktatoran militer. Untuk mengimbangi penderitaan adik perempuan saya, saya ingin mendorong semua orang di negara ini untuk terus melawan kediktatoran militer sampai kediktatoran itu dibasmi," tegasnya.