Benarkah Virus COVID-19 Sub Varian JN.1 Lebih Dahsyat Dibandingkan Omicron?

JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengonfirmasi temuan COVID-19 varian JN.1 di Indonesia. Sebagai varian yang terbilang masih baru, muncul anggapan bahwa varian JN.1 lebih mengerikan dibandingkan varian lainnya.

Temuan varian JN.1 ini dikonfirmasi oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu. Maxi menuturkan varian ini ditemukan di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Batam, Kepulauan Riau.

COVID-19 sub varian JN.1 saat ini menjadi penyumbang terbesar kasus penularan di Amerika Serikat, India, dan belahan dunia lain. (Istimewa)

Menurut kabar terkini dari Kemenkes, dua pasien COVID-19 terinfeksi Subvarian Omicron JN.1 dan XBB.2.3.10.1 (GE.1) di Batam meninggal dunia.

“Hasil itu berdasarkan update laporan verifikasi kasus kematian COVID-19 dari Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BTKL) Batam,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi, dikutip Antara.

Penularan JN.1 Lebih Cepat

Sejak pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan, China, pada Desember 2019, virus COVID-19 terus berubah, hingga memungkinkan munculnya varian baru yang menyebar lebih cepat dan efektif. Terkini, muncul varian JN.1 yang disebut-sebut menyebabkan peningkatan kasus COVID-19 di berbagai negara.

Varian JN.1 pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat (AS) pada September 2023. Meski di awal kemunculan penyebaran varian JN.1 ini terbilang lambat, namun dalam beberapa pekan terakhir justru menjadi penyumbang hampir setengah dari kasus baru COVID-19 di negara tersebut, berdasarkan keterangan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS.

Mengutip AI Care, virus COVID-19 varian JN.1 memiliki kemiripan dengan varian omicron lain, yaitu BA.2.86. Musim hujan yang dingin serta mobilisasi yang tinggi di akhir tahun membuat varian baru ini diprediksi lebih cepat menular.

Meski demikian, dr. Sean Edbert Lim mengatakan varian JN.1 tidak bisa dikatakan lebih berbahaya dibandingkan varian lainnya, termasuk Omicron. Namun, dr. Sean menegaskan perbedaan antara varian JN.1 dan Omicron yang menyebabkan varian anyar ini menjadi lebih cepat menular.

Seorang pelancong berjalan melalui terminal di Bandara Nasional Ronald Reagan Washington di Arlington, Virginia, Amerika Serikat, 14 April 2022. (Antara/Xinhua/Ting Shen)

“Varian JN.1 adalah sub varian dari Omicron. Seperti yang diketahui, virus akan terus berevolusi dari hari ke hari, sehingga tidak bisa dikatakan lebih dahsyat dibandingkan Omicron,” kata dr. Sean kepada VOI.

“Perbedaan utama varian JN.1 ini adalah memiliki spike protein (paku) yang berbeda dari Omicron sehingga menyebabkan varian JN.1 lebih mudah menempel sehingga penyebarannya lebih cepat,” imbuhnya.

Hal ini senada dengan yang diungkapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yang menganggap varian JN.1 tidak akan menimbulkan risiko kesehatan masyarakat yang lebih serius dibandingkan varian lainnya. Menurut WHO, varian ini tidak membuat orang semakin sakit atau membuat mereka lebih sering dirawat di rumah sakit.

Kecil Kemungkinan Ulangi Pandemi

Meski WHO juga menyebut varian JN.1 lebih cepat dan mudah menyebar dibandingkan varian Omicron, dr. Sean tidak melihat adanya kemungkinan terjadi pandemi lagi seperti pada 2020.

“Kemungkinan besar tidak akan menjadi seperti pandemi 2020 yang lalu, karena meski penyebarannya cukup cepat, namun gejala serta waktu pemulihannya juga lebih cepat,” jelas dokter yang akrab disapa dr. Elise ini. 

“Selain itu, masyarakat Indonesia juga umumnya sudah divaksinasi sehingga tubuh sudah lebih siap melawan virus tersebut,” katanya lagi.

Petugas kesehatan memeriksa oksigen dalam darah seorang pasien sebelum pemberian vaksin COVID-19. (Antara/Muhammad Adimaja/aww/aa)

Mengutip AI Care, gejala COVID-19 varian JN.1 tidak jauh berbeda dibandingkan varian sebelumnya. Sementara tingkat keparahan yang muncul juga akan bergantung pada kekebalan tubuh serta kondisi kesehatan secara keseluruhan.

“Gejala COVID-19 varian JN.1 yang sudah diketahui saat ini serupa dengan varian lain, meliputi demam, menggigil, kelelahan, batuk, nyeri otot, sesak napas dan sakit tenggorokan,” demikian dikutip AI Care.

Seperti varian lainnya, untuk mencegah penularan varian JN.1 juga perlu dilakukan dengan beberapa cara, yang garis besarnya adalah menerapkan kembali protokol kesehatan, seperti yang dituturkan dr. Sean Edbert Lim.

“Untuk pencegahan varian JN.1 sama seperti COVID-19, yaitu menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan dan memakai masker, menghindari kerumunan dan tempat tertutup dengan ventilasi yang minim,” ujarnya.

“Selain itu, perlu juga melakukan vaksinasi jika belum serta menghindari bepergian ke luar negeri, di mana varian JN.1 sedang marak,” dr. Sean menyudahi.