JAKARTA - Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyampaikan batuk, pilek, nyeri tenggorok, demam merupakan gejala dominan dari sub varian Omicron BA.4 dan BA.5.
"Gejala yang dominan adalah batuk nyeri tenggorok demam dan pilek," ujar Ketua Kelompok Kerja Infeksi PDPI Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) dalam webinar bertema "Update on Management of COVID-19" dikutip Antara, Selasa, 28 Juni.
Ia mengatakan sub varian Omicron BA.4 dan BA.5 masuk dalam variant of concern (VOC) yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Sub varian BA.4 ditemukan sekitar bulan Januari 2022 dan BA.5 pada Februari di Afrika Selatan, kemudian kasusnya meningkat di sejumlah negara dan ditengarai karena sifat sub varian itu mempunyai kemampuan untuk menghindari kekebalan imunitas," tuturnya.
Ia mengemukakan, per 23 Juni 2022 terdapat 21 kasus BA.4 di dalam negeri dengan usia terbanyak adalah usia produktif yaitu 20-59 tahun.
"BA.4 pada anak-anak 5 persen dan pada lansia ada sekitar 15 persen, 90 persen adalah warga negara Indonesia. Jadi ini betul-betul transmisi lokal dan lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan," paparnya.
Pasien BA.4 yang sudah divaksinasi dosis ketiga sebanyak 62 persen, vaksin lengkap sudah 24 persen, hanya 5 persen yang belum divaksin.
"Yang belum divaksin berhubungan dengan usia yaitu anak-anak di bawah 5 tahun," katanya.
BACA JUGA:
Untuk kasus BA.5, lanjut dia, mencapai 122 kasus. Sub varian baru ini diperkirakan terus bertambah hingga saat ini.
"92 persennya adalah WNI, umumnya mereka isolasi mandiri di rumah karena gejala ringan," katanya.
Sementara itu berdasarkan studi di Hong Kong, Erlina mengatakan, perbedaan varian Omicron, Delta atau varian awal adalah di bronkus.
"Varian Omicron itu memiliki laju infeksi dan replikasi 70 kali lebih tinggi dibandingkan Delta. Sementara replikasi di jaringan paru hanya 10 kali. Ini menunjukkan kenapa gejalanya banyak di saluran atas," paparnya.
Untuk tingkat kematian, disampaikan, varian Omicron lebih rendah dibandingkan Delta. Dan lama perawatan di rumah sakit juga lebih pendek dibandingkan dengan Delta.
"Risiko kematiannya rendah, risiko long COVID-19 juga rendah tetapi tetap kita harus menjaga diri kita dan lingkungan kita jangan sampai tertular," ucapnya.