JAKARTA - Kepala Sub Bidang Dukungan Kesehatan Satgas COVID-19 Brigjen TNI (Pur) Alexander K. Ginting menegaskan varian Delta saat ini masih terus bersirkulasi meski Indonesia sedang menghadapi gelombang ketiga akibat Omicron.
“Di Indonesia ini tidak melulu soal Omicron. Ada laporan-laporan yang masih menyatakan bahwa varian Delta juga masih bersirkulasi,” katanya dalam seminar daring bertema "Strategi Menghadapi Gelombang Ketiga Pandemi" yang diikuti di Jakarta, Jumat 18 Februari.
Ia menyebutkan data penyebaran varian SARS-CoV-2 per provinsi milik Satgas COVID-19 menunjukkan bila varian Delta masih bersirkulasi di tengah masyarakat dan cakupannya jauh lebih luas dibandingkan dengan Omicron.
Salah satu provinsi yang masih melaporkan banyaknya kasus COVID-19 karena varian Delta, kata dia, adalah Jawa Barat.
“Persoalannya sekarang banyak masyarakat yang selalu dibicarakan mengenai Omicron. Padahal di Indonesia, dilaporkan bahwa kita masih ada juga varian-varian Alfa, Beta, ada Delta,” katanya menegaskan.
Menurut dia masyarakat tidak seharusnya berpolemik saat memeriksakan dirinya, baik di rumah sakit ataupun laboratorium, untuk mengetahui jenis varian COVID-19 apa yang mengenai dirinya.
BACA JUGA:
Pemeriksaan, kata dia, hanya ditujukan untuk mengetahui apakah hasil yang keluar benar positif ataupun negatif.
Sebab, bila seseorang terkonfirmasi positif, baik varian Delta ataupun Omicron, orang tersebut tetap terbukti telah terpapar COVID-19.
“Mau soal Delta, Alfa, Beta, Gamma atau segala macam, itu adalah kepentingan pekerja klinis, kepentingan para praktisi kesehatan dan kepentingan para pengambil kebijakan,” katanya.
Karena banyaknya masyarakat yang lebih banyak memastikan diri terkena atau tidaknya oleh varian Omicron, Satgas berharap semua pemangku kepentingan tetap bisa menegaskan bahwa apapun varian dari COVID-19, karena hanya dengan mematuhi protokol kesehatan dan memperkuat pelacakan pandemi dapat teratasi.
“Kita tidak perlu membawa mereka ke impian-impian varian-varian COVID-19. Tetapi yang kita bawa adalah bahwa semua itu COVID-19 dan corona virus memiliki sifat yang mudah menular, mudah bereplikasi dan mudah bermutasi,” demikian Alexander K. Ginting.