JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Joe Biden berencana mendesak seluruh warganya untuk mendapatkan dosis booster baru pada musim gugur ini, untuk mengantisipasi gelombang infeksi COVID-19 baru, kata pejabat Gedung Putih Hari Minggu.
Pejabat tersebut mengatakan, meskipun Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan adanya peningkatan infeksi dan pasien yang dirawat di rumah sakit akibat virus ini, namun secara keseluruhan tingkatnya masih rendah.
"Kami akan mendorong semua orang Amerika untuk mendapatkan suntikan tersebut sebagai tambahan dari suntikan flu dan suntikan RSV," kata pejabat tersebut, mengacu pada Respiratory Syncytial Virus, melansir Reuters 21 Agustus.
Pada Hari Kamis, produsen vaksin Moderna mengatakan, data awal menunjukkan vaksin COVID-19 yang diperbarui efektif melawan sub-varian "Eris" dan "Fornax" pada manusia.
Moderna dan pembuat vaksin COVID-19 lainnya, Novavax, Pfizer dan BioNTech SE, telah membuat versi vaksin yang ditujukan untuk subvarian XBB.1.5.
Sambil menunggu persetujuan dari regulator kesehatan di Amerika Serikat dan Eropa, perusahaan-perusahaan tersebut berharap vaksin yang telah diperbarui akan tersedia dalam beberapa minggu mendatang, untuk musim vaksinasi musim gugur.
Diberitakan sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada dua pekan lalu mengklasifikasikan jenis virus corona EG.5 yang beredar di Amerika Serikat sebagai "varian yang menarik", kendati mengatakan varian tersebut tampaknya tidak menimbulkan lebih banyak ancaman bagi kesehatan masyarakat daripada varian lainnya.
Varian ini menyebar dengan cepat dan banyak ditemukan di Amerika Serikat dengan perkiraan lebih dari 17 persen kasus, telah menjadi penyebab peningkatan virus di seluruh negeri, juga telah terdeteksi di sejumlah negara, seperti China, Korea Selatan, Jepang dan Kanada.
"Secara kolektif, bukti yang ada tidak menunjukkan bahwa EG.5 memiliki risiko kesehatan masyarakat tambahan relatif terhadap garis keturunan Omicron lainnya yang saat ini beredar," kata WHO dalam evaluasi risiko.
Diperlukan evaluasi yang lebih komprehensif terhadap risiko yang ditimbulkan oleh EG.5, tambahnya.
Mengutip CBS News, varian EG.5 atau Eris mendominasi kasus COVID-19 di AS hingga pekan pertama bulan ini dengan persentase 17,3 persen. Di belakangnya ada XBB.1.16 (15,6), XBB.2.23 (11,2) dan XBB.1.5 (10,3).
BACA JUGA:
Sementara itu, Maria van Kerkhove, pemimpin teknis WHO untuk COVID-19, mengatakan EG.5 memiliki kemampuan penularan yang meningkat, tetapi tidak lebih parah daripada varian Omicron lainnya.
"Kami tidak mendeteksi adanya perubahan tingkat keparahan EG.5 dibandingkan dengan subgalur Omicron lainnya yang telah beredar sejak akhir 2021," jelas van Kerkhove.
Diketahui, COVID-19 telah menewaskan lebih dari 6,9 juta orang di seluruh dunia, dengan lebih dari 768 juta kasus terkonfirmasi sejak virus ini muncul. WHO menyatakan wabah ini sebagai pandemi pada bulan Maret 2020 dan mengakhiri status darurat global untuk COVID-19 pada Bulan Mei tahun ini.