Kenali Limfadenitis, Pembengkakan Kelenjar Getah Bening Seperti yang Dialami Anak Jessica Iskandar
Jessica Iskandar Don Azaijah Jan Verhaag mengalami Limfadenitis. (Instagram/@inijedar)

Bagikan:

JAKARTA – Artis Jessica Iskandar sempat gusar ketika anak keduanya, Don Azaijah Jan Verhaag mengalami Limfadenitis. Setelah mendapat perawatan di rumah sakit, putra Jessi yang baru berusia satu tahun itu membaik. 

Penyakit yang diderita Baby Don diketahui publik melalui unggahan sebuah video yang memperlihatkan sang buah hati tengah menjalani perawatan di rumah sakit.

“Ya Tuhan Allah sembuhkanlah anakku Don. Semoga bisa kembali sehat dan ceria. Aminn. Aku mohon bantu doanya ya teman-teman untuk kesembuhan Don,” tulis Jessica Iskandar.

Dalam video tersebut juga Jessia menjelaskan anaknya terkena Limfadenitis.

Pembengkakan Kelenjar Getah Bening

Mengutip John Hopkins Medicine, Limfadenitis adalah istilah medis untuk pembesaran satu atau lebih kelenjar getah bening, biasanya akibat infeksi. Sedangkan kelenjar getah bening sendiri dipenuhi dengan sel darah putih yang membantu tubuh melawan infeksi.

Sementara itu, dr. Anastasia Maureen, Sp. A yang praktik di Mayapada Hospital Tangerang mengatakan, kelenjar getah adalah bagian organ limfatik yang merupakan bagian sistem imun kita untuk melawan infeksi.

“Di tubuh kita terdapat 600 kelenjar getar bening, yang sebagian besar terletak pada daerah leher dan kepala, sisanya tersebar pada lengan, tungkai, rongga dada, dan rongga perut,” ujar dr. Anastasia.

Dalam kondisi normal, kelenjar getah bening berupa benjolan kecil dan keras ketika disentuh. Ketika terjadi Limfadenitis, ada beberapa gejala yang biasanya dirasakan para pengidapnya. 

“Pada anak normal apabila kita dapat meraba benjolan kelenjar getah bening ini berupa benjolan kecil di bawah kulit yang masih dapat digerakkan, terutama yang berlokasi di leher dan kepala,” kata dr. Anastasia lagi.

Limfadenitis adalah istilah medis untuk pembesaran satu atau lebih kelenjar getah bening. (AI Care)

"Pada anak, kelenjar getah bening yang normal ukurannya berada di bawah 10-12 mm atau sebesar kacang polong," imbuhnya.

Dikutip Healthline, Limfadenitis terjadi karena berbagai alasan. Infeksi atau virus apa pun, termasuk flu biasa, dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening.

Selain itu, kanker juga dapat menyebabkan peradangan kelenjar getah bening, termasuk kanker darah seperti leukimia dan limfoma. Namun demikian, kanker yang menyebabkan peradangan kelenjar getah bening jarang terjadi.

Penyebab Limfadenitis lainnya adalah adanya bakteri streptokokus dan stafilokokus, namun ia juga dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti HIV. Penyakit langka termasuk tuberkulosis dan demam akibat cakaran kucing (bartonella) juga dapat menyebabkan Limfadenitis. Limfadenitis sendiri dapat dialami orang dewasa maupun anak-anak.

Perlu Diwaspadai

Meski terkesan sepele, tapi Limfadenitis tidak boleh dibiarkan, karena bisa mengganggu kekebalan tubuh. Para dokter menganjurkan akan Limfadenitis harus segera diobati ketika menemukan gejala-gejalanya.

Adapun gejala Limfadenitis yang umum ditemui antara lain kelenjar getah bening yang membesar atau terjadi benjolan, dan biasanya lunak namun terasa sakit. Selain itu, penderita Limfadenitis juga bisa mengalami demam dan terkadang terbentuk nanah atau abses.

“Kelenjar getah bening yang terus membesar namun tidak menyebabkan nyeri atau kemerahan justru mengindikasikan gangguan serius lainnya, seperti limfoma (kanker sel darah putih) atau tuberkulosis,” demikian dikutip Healthline.

Ketika menemukan tanda-tanda Limfadenitis, dokter menyarankan untuk segera memeriksakan ke fasilitas kesehatan. Untuk pengobatan Limfadenitis, umumnya dilakukan biopsi atau pengangkatan dan penelitian pada contoh jaringan.

Limfadenitis dapat sembuh total jika memang tidak terjadi komplikasi. Hanya saja, waktu pemulihan penuh kemungkinan membutuhkan waktu hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Namun, dokter tidak menyarankan melakukan pemijatan pada benjolan di sekitar area getah bening.

“Jika diobati dengan cepat, seringkali penyakit ini akan hilang tanpa efek buruk. Tapi jika tidak ditangani, komplikasi bisa terjadi dan kondisinya bisa menjadi serius,” imbuh Healthline.