Lolos dari Pemakzulan, Pengaruh Donald Trump Masih Sangat Kuat di Partai Republik
JAKARTA - Untuk kali kedua Donald Trump lolos dari pemakzulan oleh Senat Amerika Serikat (AS), setelah pemungutan suara yang dilakukan sidang pemakzulan akhir pekan lalu hanya mencapai hasil 57-43 yang menyatakan Trump bersalah alias kurang dari 2/3 mayoritas terkait tuduhan menghasut kerusuhan di Capitol Hill, Washington DC.
Dengan hanya tujuh orang politisi Partai Republik yang meyakini Trump bersalah terkait dengan tuduhan yang dikenakan, membuktikan pengaruh Donald Trump masih sangat kuat sehingga mayoritas senator Partai Republik berada 'di belakangnya'.
Kondisi ini disebut membuat Partai Republik berada dalam posisi tidak nyaman, terkait dengan upaya memenangi pemilihan 2022 untuk mengontrol Kongres dan Pemilu AS tahun 2024 mendatang.
“Sulit membayangkan Partai Republik memenangkan pemilihan nasional tanpa pendukung Trump dalam waktu dekat. Partai tidak bisa menang dengan Trump. Tetapi, jelas partai tidak bisa menang juga tanpa dia," jelas ahli strategi Partai Republik dan ajudan Senator Marco Rubio, Alex Conant melansir Reuters.
Trump memang belum mengisyaratkan rencana politik jangka panjangnya setelah lepas dari pemakzulan. Namun, sebelumnya ia sudah menyatakan ingin membawa kembali Partai Republik menguasai mayoritas Kongres dalam pemilihan 2022 mendatang.
“Apakah dia mencalonkan diri lagi, itu terserah dia. Tetapi, dia masih akan memiliki pengaruh yang sangat besar pada arah kebijakan dan juga dalam mengevaluasi. Anda bisa menyebutnya raja atau apa pun yang Anda ingin menyebutnya,” kata seorang penasihat.
Kendati masih memiliki pengaruh yang kuat di internal Patai Demokrat, Trump tidak populer di luar partai. Jajak pendapat baru Ipsos yang diterbitkan pada hari Sabtu menunjukkan, sekitar 71 persen orang Amerika percaya Trump setidaknya sebagian bertanggung jawab untuk memulai serangan di Capitol. Lima puluh persen percaya dia harus dihukum di Senat, 38 persen menentang dan 12 persen tidak yakin.
Partai Demokrat mengatakan, banyak senator Republik takut untuk memilih dengan hati nurani mereka untuk menghukum Trump, karena takut pembalasan dari para pendukungnya.
"Jika pemungutan suara ini dilakukan secara rahasia, akan ada hukuman," kata Senator Partai Demokrat Richard Blumenthal.
Pemimpin Minoritas Senat Mitch McConnell termasuk di antara Partai Republik yang memilih untuk membebaskan Trump pada hari Sabtu, meskipun ia kemudian mengecam mantan presiden itu sebagai "bertanggung jawab secara praktis dan moral" untuk memprovokasi kekerasan.
Posisinya menggambarkan bagaimana beberapa pemimpin Republik berusaha menjauhkan diri dari Trump dan membatasi pengaruhnya, tanpa memicu kemarahan Trump dan pendukungnya.
"Kata-kata McConnell tidak akan membantu Partai Republik dalam pemilihan kongres jangka menengah 2022, kata sekutu Trump, Senator Lindsey Graham kepada Fox News Sunday.
Baca juga:
“Saya pikir pidato Senator McConnell, (karena) dia mendapat beban di dadanya. Kandidat Partai Republik pada tahun 2022 pasti akan ditanyai apa pendapat mereka tentang kecaman McConnell atas tindakan Trump," imbuhnya.
Diketahui, beberapa anggota parlemen Partai Republik yang memilih 'memutuskan hubungan' dengan Donald Trump, mendapat reaksi keras. Senator Bill Cassidy dari Louisiana dan Pat Toomey dari Pennsylvania menuai kritik keras internal partai. Liz Cheney yang mendukung pemakzulan, selamat dari upaya pencopotan jabatannya oleh konservatif Partai Republik. Seantor Ben Sasse dari Nebraska juga menuai kritik keras.