Secercah Harapan untuk Para Ibu Muda di Kenya Naik Kelas

JAKARTA - Suara bayi dan tawa cekikikan remaja menandai pelajaran di Serene Haven Secondary, sebuah sekolah yang terletak di bukit di bawah Gunung Kenya yang dikelilingi awan.

Di sini, 17 ibu remaja dan gadis hamil mendapatkan kesempatan kedua untuk menyelesaikan pendidikan mereka. Mayoritas dari mereka dipaksa keluar dari sekolah setempat, karena hamil atau sudah memiliki anak.

Pada tahun-tahun normal, stigma, kesejahteraan dan uang memaksa sekitar 13 ribu gadis hamil di Kenya untuk keluar sekolah, berdasarkan data pemerintah. Angka tersebut kemungkinan melonjak tahu ini. 

"COVID-19 menutup sekolah dan memicu peningkatan kehamilan remaja, serta pelecehan seksual," kata lembaga kemanusiaan setempat melansir Reuters

Ya, inilah kenyataan getir yang harus dihadapi gadis-gadis Kenya, saat mereka hamil yang mayoritas di luar keinginan, mereka juga harus terusir dari sekolah.

Aktivitas di Serene Haven. (Facebook/Serene Haven Rescue Centre)

Misalnya saja Emily (17), yang mengaku 'diserang' oleh seorang pria yang mengatakan akan mengajarinya pelajaran, saat sekolah tutup. Dia meminta untuk identitasnya ditutupi untuk melindungi privasinya.

“Ibuku tidak mengizinkanku kembali ke sekolah. Dia khawatir, mereka akan kejam padaku atau menggodaku,” kata Emily, yang sedang hamil enam bulan. 

Kemudian Emily bertemu Elizabeth Wanjiru Muriuki, mantan pekerja sosial animasi, yang mendirikan sekolah asrama bebas penilaian dengan penitipan anak dan layanan konseling. Sekolah Serene Haven dibuka pada Bulan Januari, ketika sekolah-sekolah lainnya di Kenya, Afrika dibuka kembali.

Para ibu muda sibuk di perpustakaan dan sudut sekolah lainnya dengan bayi dalam pelukan. Ada seorang ibu perawat di tangan saat dibutuhkan dan istirahat menyusui di antara pelajaran.

“Awalnya kami hanya memiliki tiga bayi yang usianya di atas satu tahun. Bayi-bayi lainnya dan kehamilan terjadi selama masa COVID-19,” kata Muriuki.

Sementara itu, bagi Josephine Wanjiru (19) yang telah keluar dari sekolah selama dua tahun, Serene Haven berarti dia dapat mencapai mimpinya menjadi seorang perawat, sesuatu yang sebelumnya dia sudah menyerah karena keadaannya telah menjadi seorang ibu muda.

Serene Haven. (Facebook/Serene Haven Rescue Centre)

“Saya sangat senang, karena saya tidak pernah membayangkan hal seperti ini sebelumnya,” kata Wanjiru sambil menyusui putrinya yang berusia 17 bulan.

Muriuki sendiri adalah seorang ibu remaja dan melanjutkan untuk menyelesaikan sekolah dan membangun karir.

“Ada beberapa gadis yang datang ke sini dan benar-benar sedih, mereka merasa ini adalah akhir dunia,” ungkap Muriuki.

"Saya mulai dengan memberi mereka kisah saya, mereka sangat didorong dan seperti mendapat semangat, seperti 'Ah, jika Anda bisa melakukannya, kita juga bisa melakukannya,” pungkasnya.